Create your own at MyNiceProfile.com

Kamis, 10 Oktober 2013

LAPORAN SOSIOLOGI PETERNAKAN



PERTUKARAN SOSIAL DALAM INTERAKSI SOSIAL INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM KELEMBAGAAN MASYARAKAT


BAB I
PENDAHULUAN


I. 1           Latar Belakang
Manusia sebagai mahluk individual mempunyai dorongan ayau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya, sedangkan sebagai mahluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain. Dengan adanya dorongan atau motif sosial, manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi. Dengan demikian, maka akan terjadi interaksi antara manusia dengan manusia yang lain.
Dengan adanya interaksi tentunya akan melahirkan suatu pertukaran sosial, dengan pendekatan ini akan menjelaskan fenomena kelompok dalam lingkup konsep-konsep ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan imbalan.
Dan peran suatu lembaga kemasyarakatan sangat perlu dalam hal ini untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam pembangunan. Mananamkan dan memupuk rasa persatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh NKRI, meningkatkan kualitas dan percepatan pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif, menumbuhkembangkan dan menggerakkan prakarsa, partisipasi, swadaya gotong royong masyarakat dan menggali pendayagunaan dan pengembangan potensi sumberdaya alam serta keserasian lingkungan hidup.
Terkait dengan masyarakat khususnya komoditas peternak ayam ras petelur, tentunya interaksi itu sangatlah dipandang perlu baik dari sesama peternak, peternak dengan konsumen muapun dengan lembaga kemasyrakatan.
Dan untuk mengetahui bagaimana pertukaran sosial yang terjadi, kaitannya interaksi di tengahmasyarakat yang berada di linkup komoditas peternak ayam ras petelur maka dilakukanlah praktek lapang  dengan judul “PERTUKARAN SOSIAL DALAM INTERAKSI SOSIAL INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM KELEMBAGAAN MASYARAKAT”.


I. 2           Maksud dan Tujuan
Maksud dari dilakukannya praktek lapang sosiologi peternakan ini adalah dapat melihat dan mengetahui secara langsung bagaimana pertukaran sosial dalam interaksi sosial individu dan kelompok dalam kelembagaaan masyarakat peternak ayam ras petelur di desa Tanete Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan.
Tujuan dilaksanakannya praktek lapang sosiologi peternakan ini adalah untuk memperoleh pengetahuan tentang bagaimana pertukaran sosial dalam interaksi sosial individu dan kelompok dalam kelembagaaan masyarakat peternak ayam ras petelur di desa Tanete Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang,dan membandingkan dengan teori yang didapatkan dalam perkuliahan.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1          Tinjauan Umum Ayam Ras Petelur
Ayam ras petelur adalah jenis ayam yang sangat efisien diternakan sebagai penghasil telur. Ciri-ciri umunmnya yaitu badan relatif kecil dan berbentuk langsing. Karena badannya langsing dan kecil ayam ini sifatnya lincah dan mudah kaget (Sukardi. 2010)
Rasyaf  (1996) mengemukakan bahwa, usaha ternak ayam ras petelur di Indonesia secara komersial belum banyak ditemukan, tetapi telah menghasilkan suatu perkembangan populasi ternak ayam pesat baik petelur maupun pedaging. Perkembangan populasi ternak ayam ras yang paling menggembirakan adalah ternak ayam ras petelur (Sukardi.2010)
Beternak ayam ras petelur mempunyai prospek yang cukup baik untuk masa mendatang, karena kebutuhan akan sumber protein semakin meningkat. Oleh karena itu, pemeliharaannya harus lebih diperhatikan terutama dalam pemberian makanan, vaksinasi serta  penggunaan obat-obatan yang dicampur dengan makanan dan minuman (sukardi 2010)
Usaha peternakan ayam ras petelur telah berkembang pesat, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain meningkatkan efisiensi usaha ayam ras petelur akibat meningkatnya keterampilan peternak dalam menerapkan teknologi maju adanya dorongan dan pembinaan pemerintah. Semakin meningkatnya permintaan komoditi telur serta pesatnya perusahaan pembibitan ayam, pabrik makanan ternak serta obat-obatan di dalam negeri (Sukardi. 2010)
Usaha petenakan ayam ras petelur merupakan kegiatan industri biologi, dimana keberhasilan ditentukan oleh sarana poduksi, bibit dan makanan ternak serta ketepatan  manajemen dan usaha kelancaran pemasaran hasil produksi. Namun demikian komponen pakan ternak memegang peranan penting dalam menjamin kelangsungan usaha (sukardi.2010)
Dilanjutkan kembali oleh Rasyaf (1996)yang menyatakan bahwa ayam ras petelur dikenal dua macam, petelur kulit cokelat dan kulit putih. Keduanya sebenarnya sama dan kandungan gizinyapun relatif sama, yang berbeda hanyalah dari sudut pandang pembeli yang menganggaptelur warna cokelat lebih menarik , lebih besar dan lebih enak sekalipun ini tidak terbukti, masalah enak atau tidak enak tentu harus malalui pengujian rasa yang sifatnya relatif. Namun akibatnya dari pandangan pembeli itulah menyebabkan telur ayam ras cokelat lebih banyak peminatnya (Sukardi.2010)
Menurut sudarmono (2003) ayam ras petelur mempunyai sifat-sifat unggul yaitu sebagai berikut :
1.      Laju pertumbuhan ayam ras petelur sangat pesat pad aumur 4,5-5,0 bulan telah mencapai kedewasaan kelamin dan bobot badan antara 1,6-1,7 kg. Pada waktu itu sebagian dari kelompok ayam telah berproduksi. Adapun pada ayam kampung pada umur yang sama bobot badannya baru mancapai  sekitar 0,8 kg, kedewasaan kelamin ayam kampung baru dicapai pada umur 7-8 bulan
2.      Kemampuan berproduksi ayam ras petelur cukup tinggi yaitu antara 250-280 butir pertahun dengan bobot telur antara 50-60 g/butir. Sedangkan produksi ayam kampung berkisar 30-40 g/butir.
3.      Kemampuan ayam ras petelur dalam memanfaatkan ransum pakan sangat baik dan berkolerasipositif. Konversi terhadap penggunaan ransum cukup bagus yaitu setiap 2,2 kg-2,5kg ransum dapat menghasilkan 1 kg telur. Dalam hal ini ayam kampung telah memiliki korelasi positif dalam memanfaatkan ransum memanfaatkan ransum yang baik dan mahal. Oleh karena itu ayam kampung lebih ekonomis bila diberi pakan yang lebih murah.
4.      Periode bertelur ayam ras leih panjang, bisa berlangsung 13-14 bulan atau hingga ayam berumur 19-29 bulan. Walaupun ayam ras hanya mengalami satu periode bertelur akan tetapi periode bertelurnya tersebut berlangsung sangat panjang dan produktif. Hal ini disebabkan karena tidak adanya perode mengeram pada ayam ras petelur tersebut. Sedangkan  ayam kampung mangalami periode bertelur berkali-kali namun satu periode bertelurnya berlangsung sangat pendek, yaitu sekitar 15 hari. Periode bertelur ayam kampung  terputus-putus karena ayam kampung memiliki sifat atau periode mengeram.
Dilanjutkan kembali oleh Sukardi dalam (Sudarmono.2003) mengatakan bahwa kelemahan yang dimiliki ayam ras petelur, yaitu sebagai berikut :
1.      Ayam ras petelur sangat peka terhadap lingkungan, kemampuan adaptasi terhadap lingkungan lebih rendah bila dibandingkan dengan ayam kampung. Ayam ras petelur lebih mudah mengalami stress.
2.      Tuntutan hidup ayam ras petelur  lebih tinggi yaitu selalu menuntut pakan dalam jumlah dan kualitas yang tinggi, jumlah air minum yang cukup dan menggantunkan diri sepenuhnya pada peternak. Sehingga dengan demikian ayam ras petelur tidak cocok diternakkan secara ekstensif.
3.      Memiliki sifat kanibalisme yang lebih tinggi daripada ayam kampung, walaupun secara umum ayam ras tersebut, tetapi harus diteliti lebih dahulu.

II. 2          Pengertian Ilmu Sosiologi
Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli :
1.      Emile durkheim
sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berfikir dan berperasaan yang berada di luar individu dimana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.(Sukamto.2002)
2.      Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmukemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial termasuk perubahan sosial.(Sukamto.2002)
3.      Soejono Soekamto
Sosiologi adalah ilmi yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.(Sukamto.2002)
4.      William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat  dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi. (Soelaeman,M.2005)
5.      Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok sosial.(Soelaeman,M.2005)
6.      Allan Johnson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat di dalamnya memperngaruhi sistem tersebut. 
(Lawang,R.2008)

7.      Pitirim Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral). Sosiologi adalaah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan gejala non sosial dan yang terakhir sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.( Ritzer, George & Douglas J. Goodman.2007)
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial ( Ritzer, George & Douglas J. Goodman.2007)
8.      Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial ( Ritzer, George & Douglas J. Goodman.2007)
9.      Paul B Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut. ( Ritzer, George & Douglas J. Goodman.2007)
Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individi dengan individu,  individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat.
Selain itu sosiologi adalah ilmuyang membicarakan apa yang sedang terjadi saat itu. Khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris, serta bersifat umum.

II. 3          Pengerian Teori Pertukaran Sosial
Teori pertukatan sosial menurut George C Homans  adalah teori dalam ilmu sosial yang menyatakan bahwa dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan dan keuntungan yang saling mempengaruhi. Teori ini menjelaskan bagaimana manusia memandang tentang hubunga kita dengan orang lain sesuai dengan anggapan dari manusia tersebut terhadap (1) keseimbangan antara apa yang diberikan ke dalam hubungan dan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu dan (2) jenis hubungan yang dilakukan. (Ritzer, George & Douglas J. Goodman.2007)
Selanjutnya untuk terjadinya pertukaran sosial harus ada persyaratan yang harus dipenuhi. Adapun syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Suatu perilaku atau tindakan harus berinteraksi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat tercapai lewat interaksi dengan orang lain.
2.      Suatu perilaku atau tindakan harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan yang dimaksud. Adapaun tujuan yang dimaksud dapat berupa ganjaran atau penghargaan ekstrinsik yaitu berupa benda-benda tertentu, uang dan jasa. ( Ritzer, George & Douglas J. Goodman.2007)
Teori pertukaran sosial menurut Peter M Blau adalah pemahaman struktur sosial berdasarkan analisis proses sosial yang memengaruhi hubungan- hubungan individu dan kelompok yang di dalamnya mengatur perilaku manusia dan melandasi hubungan antar individu maupun antar kelompok, di dalamnya terdapat empat langkah berurutan mulai dari petukaran antara pribadi ke struktur sosial hingga ke perubahan sosial:
Langkah 1 :   pertukaran antara individu yang meningkat ke......
Langkah 2 : diferensiasi status dan kekuasaan yang mengarah ke....
Langkah 3 : Legitimasi dan pengorganisasian yang menyebarkan   bibit dari....
Langkah 4 : Operasi dan perubahan . ( Ritzer, George & Douglas J. Goodman.2007)

II. 4          Munculnya Teori Pertukaran Sosial dan Penggagasnya
Pada umumnya, hubungan sosial terdiri daripada masyarakat lain dilihat mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam hubungan tersebut, yang terdapat unsur ganjaran, pengorbanan dan keuntungan. Ganjaran merupakan segala hal yang dipengaruhi melalui adanya pengorbanan, manakala pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan dan keuntungan adalah ganjaran dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran antara dua orang berdasarkan perhitungn untung-rugi. Misalnya pola-pola perilaku di tempat kerja. .(Soelaeman,M.2005)
Analogi dari hal tersebut pada suatu ketika anda merasa bahwa setiap teman anda di satu kelas selalu berusaha  memperoleh sesuatu dari diri anda. Pada saat tersebut anda selalu memberikan apa yang teman anda butuhkan , akan tetapi hal sebaliknya justru terjadi ketika anda membutuhkan sesuatu dari teman anda. Setiap individu menjalin pertemanan tentunya mempunyai tujuan untuk saling memperhatikan satu sama lain. Individu tersebut pasti diharapkan untuk berbuat sesuatu bagi sesamanya, saling membantu jikalau dibutuhkan dan saling memberikan dukungan dikala sedih. Akan tetapi mempertahankan hubungan persahhabatan juga membutuhkan biaya (cost) tertentu seperti hilang waku dan energi serta kegiatan-kegiatan yang lainnya yang tidak jadi dilaksanakan. Meskipun biaya-biaya itu tidak dilihat sebagai sesuatu hal yang mahal atau membebani kita dipandang dari sudut pandang penghargaan (reward) yang didapatkan dari persahabatan. Apabila biaya yang dikeluarkan terlihat tidak sesuai dengan imbalannya yang terjadi justru perasaan tidak enak di pihak lain yang merasa bahwa imbalan yang diterima tidak sesuai dengan biaya / pengorbanan  yang sudah diberikan (Soelaeman,M. 2005)
Analisa mengenai hubungan sosial terjadi menurut cost and reward ini merupakan salah satu ciri khas teori pertukaran. Teori pertukaran iini memusatkan perhatiannya pada tingkat analisis makro. Khusus pada analisis tingkat kenyataan sosial antar pribadi. Pada pembahasan ini akan ditekankan pada pemikiran teori pertukaran Homans dan Blau. Homans dalam pemiirannya berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu untuk menjelaskan peilaku sosial dari pada hanya menggambarkannya. Akan tetapi Blau di piak lain berusaha merujuk bernjak pada tingkat pertukaran antar pribadi tingkat mikro ke tingkat yang lebih makro yaitu struktur sosial. Ia berusaha untuk menunjukkan bagaimana struktur sosial yang lebih besar itu muncul dari proses-proses pertukaran dasar .(Soelaeman,M.2005)

II. 5          Pertentangan Teori Sosial Individualistis dan Kolektivistis
Pertentangan yang terjadi merupakan akibat dari tumbuhnya pertentangan antara orientasi individualistis dan kolektivistis. Homans merupakan seorang yang sangat menekan pada pendekatan individualistis terhadap perkembangan teori sosial. Hal ini berbeda dengan penjelasan Levi-Strauss yang bersifat kolektivistas khususnya mengenai perkawinan dan pola-pola kekerabatan.(Lawang,R.2008)
 Levi-Strauss merupakan sosiolog ahli antropologi dari prncis yang mengembangkan perspektif mengenai pertukaran sosial dalam analisisnya mengenai praktik perkawinan dan sistem kekerabatan masyarakat-masyarakat primitif. Suatu pola umum yang dianalisisnya adalah seorang pria putri saudara ibunya. Suatu pola yang jarang terjadi adalah orang mengawini putri saudara bapaknya. Pola yang terakhir dianalisis lebih lanjut oleh Bronislaw Malinoski dengan pertukaran non material. (Lawang,R.2008)
Dalam menjelaskan hal ini Levi-Strauss  membedakan dua sistem pertukaran yaitu retricted exchange. Pada retricted exchange para anggota kelompok dyad terlibat dalma transaksi pertukaran langsung, masing-masing anggota pasangan tersebut saling memberikan dasar pribadi sedangkan pada generalized exchange anggota-anggota dalam suatu kelompok triad atau yang lebih besar lagi menerima sesuatu dari seseorang pasangan lain dari orang yang dia berikan sesuatu yang berguna. Dalam pertukaran ini memberikan dampak pada integrasi dan solidaritas kelompok-kelompok yang lebih besar dengan cara yang lebih efektif. Tujuan utama proses pertukaran ini adalah tidak untuk memungkinkan pasangan-pasangan yang terlibat dalam pertukaran ini untuk memenuhi kebutuhan individualistisnya. Akan tetapi untuk mengungkapkan komitmen moral mengenai pola-pola pertukaran yang terjadi antara pasangan perkawinan dalam masyarakat primitif. (Lawang,R.2008)



II. 6          Pertukaran Sosial dalam Interaksi Sosial Ekonomi Kemasyarakatan
Ada beberapa hal yang ditetapkan Homans mengenai proposisi sukses, pertama meski umumnya benar bahwa makin sering hadiah diterima menyebabkan makin sering tindakan dilakukan, namun pembahasan ini lebih besar kemungkinan tidak dapat berlangsung tanpa batas. Disaat tertentu individu benar-benar tidak dapat bertindak seperti itu sesering mungki. Kedua makin pendek jarak waktu antara perilaku dan hadiah, makin besar kemungkinan orang-orang mengulangi perilaku. Sebaliknya lama jarak waktu antara perilaku dan hadiah makin kecil kemungkinan orang mengulangi perilaku. Ketiga menurut Homans  pemberian hadiah secara intermiten lebih besar kemungkinannya perulangan perilaku ketimbang menimbulkan hadiah yang teratur. Hadiah yang teratur menimbulkan kejenuhan dan kebosanan. Sedangkan hadiah yang diterima dalam jarak waktu yang teratur sangat menimbulkan perulangan perilaku. (Ritzer,George & Douglas J. Goodman.2007)
Konsep penting lainnya adalah biaya dan keuntungan. Biaya tiap perilaku didefinisikan sebagai hadiah yang hilang karena tak jadi melakukan sederetan tindakan yang direncanakan. Keuntungan dalam pertukaran sosial dilihat sebagai sejumlah hadiah yang lebih besar yang diperoleh atas biaya yang diperoleh seseorang sebagai hasil tindakannya makin besar kemungkinanya ia melaksanakan tindakan itu . ( Ritzer, George & Douglas J. Goodman.2007)
BAB III
METODE PRAKTEK PELAKSANAAN PRAKTEK


III. 1  Gambaran Umum Lokasi Praktek
III.1.1 Batas Wilayah
Desa Tanete merupakan salah satu dari 12 desa/kelurahan yang terdapat di Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Adapun batas-batas wilayah Desa Tanete adalah sebagai berikut:
·         Sebelah Utara berbatasan dengan Desa/Kelurahan Lautang Benteng.
·         Sebelah Timur berbatasan dengan Desa/Kelurahan Allakuang/ Amparita.
·         Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa/Kelurahan Allakuang.
·         Sebelah Barat berbatasan dengan Desa/Kelurahan Ariawa.

III.1.2 Data Populasi Ternak
Adapun jenis dan populasi berbagai jenis ternak yang dimiliki ataupun yang diusahakan oleh masyarakat di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae dapat dilihat pada tabel berikut.


Tabel 1. Populasi Ternak Menurut Jenisnya di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae.
  
No
Jenis Ternak
Jumlah (Ekor)
Persentase (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sapi
Kerbau
Kuda
Kambing
Ayam ras petelur
Ayam ras pedaging
Ayam buras
Itik
Bebek Manila/ Muscovy
-
-
-
-
234
-
18
542
38
-
-
-
-
28.12
-
2.16
65.14
4.56
Jumlah
832
100
   Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2012.
Tabel 1, dapat dilihat bahwa terdapat beraneka ragam jenis ternak di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae yaitu terdiri atas ternak unggas seperti ayam ras petelur, ayam buras, itik, dan bebek manila. Ternak yang memiliki populasi paling banyak adalah itik yaitu  542 ekor dan ternak yang terkecil populasinya adalah ayam buras yaitu 18 ekor.




III.1.3 Data Luas Areal Pertanian
Adapun areal pertanian yang dimiliki ataupun yang diusahakan oleh masyarakat di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Populasi Luas Areal Pertanian di Desa Tanete. Kecamatan   Maritengngae.

No
Jenis areal pertanian
Luas Lahan (Ha/m2)
Persentase (%)
1
2
3
4
Sawah irigasi kering
Sawah irigasi ½ teknis
Sawah tadah hujan
Tanah kerin/pemukiman
35
65
70
29
17.59
32.67
35.2
14.57
Jumlah
199
100
            Sumber : Data Profil Desa Tanete, 2010
Table 2, dapat dilihat bahwa areal pertanian di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae didominasi oleh areal persawahan yang luasnya mencapai 170 Ha/m2 sedangkan luas tanah kering/pemukiman hanya 29 Ha/m2.






III.1.4 Data Distribusi Pekerjaan
Data distribusi pekerjaan masyarakat yang ada di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae dapat dilihat dari table berikut.
Tabel 3. Data Distribusi Pekerjaan Menurut Jenisnya di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae.  

No
Jenis Pekerjaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
Petani
Buruh tani
Buruh migrasi
PNS
Peternak
Nelayan
Polri
Pensiunan PNS
65
25
14
88
171
10
3
16
16.58
6.37
3.57
22.44
43.62
2.55
0.76
4.08
Jumlah
392
100
Sumber : Data Profil Desa Tanete, 2010.
Table 3, menjelaskan bahwa distribusi pekerjaan yang terbanyak adalah peternak senyak 171 orang atau sebesar 43.62%. dan yang terrenda adalah polri sebanyak 3 orang atau sebesar 0.76%.




III. 2   Metode Pengumpulan Data
III.2.1 Jumlah Responden
Jumlah responden pada praktek lapang sosiologi peternakan yang berlokasi di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae berjumlah 5 orang.

III.2.2 Alamat Responden
Semua responden pada Praktek Lapang Sosiologi Peternakan beralamat di dusun 3 Desa Tanete Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang.

III.2.3 Metode Wawancara
Metode yang dilakukan adalah wawancara langsung dengan responde. Untuk memudahkan proses wawancara tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan kuisioner atau daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan kebutuhan penelitian.







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1        Karakteristik Responden
IV. 1. 1    Umur
Umur merupakan salah satu indikator kemampuan fisik seseorang. Seseorang yang memiliki umur lebih muda cenderung akan memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat daripada mereka yang memiliki umur yang lebih tua. Umur seorang peternak dapat berpengaruh terhadap produktifitas kerja, sebab umur erat kaitannya dengan kemampuan kerja serta pola pikir  dalam menentukan bentuk serta pola manajemen yang diterapkan dalam usaha. adapun karakteristik responden ditinjau dari segi umur dpat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut ;
Tabel 4.. Katakteristik responden dari segi umur
No
Umur (tahun)
Jumlah responden
Persentase
1
20-30
-

2
30-40
3
60
3
40-50
-

4
50-60
-

5
60-70
2
40
Jumlah
5
100
Sumber : Data Primer yang telah diolah  di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae Kabupeten Sidenreng Rappang 2012.

Tabel 4, menjelaskan bahwa keadaan responden di desa Tanete,  Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap berdasarkan umur yaitu umur 30-40 tahun sebanyak 3 orang atau (60%) dan umur 60 - 70  sebanyak 2 orang atau (40%). Kondisi ini menunjukkan bahwa rata-rata responden berada pada umur produktif yang memiliki kemampuan fisik yang mendukung dalam mengelola usaha peternakan ayam ras petelur agar lebih produktif.  secara umum.

IV. 1. 2    Jenis Kelamin
Jenis kelamin seseorang akan dapat berdampak pada jenis pekerjaan yang  digelutinya. Produktivitas kerja seseorang dapat pula dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin. Adanya perbedaan fisik antara laki-laki dengan perempuan tentunya akan berdampak pada hasil kerjanya.
Adapun karakteristik responden ditinjau dari segi jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut :
No
Jenis kelamin
Jumlah
Persentase
1
Laki-laki
5
100
2
Perempuan
-
0
Jumlah
5
100
  Sumber : Data Primer profildi Desa Tanete Kecamatan     Maritengngae Kabupeten Sidenreng Rappang 2010
Tabel 5, dapat dijelaskan bahwa semua responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 5 orang atau sebesar 100 %. Hal ini terjadi karena pada usaha yang dilakoni masyarakat di Desa Tanete pada umumnya petani dan peternak yang membutuhkan tenaga yang besar untuk bekerja.

IV. 1. 3    Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang merupakan suatu indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu jenis pekerjaan atau tanggung jawab. Dengan latar belakang pendidikan seseorang dianggap mampu melaksanakan suatu pekerjaan tertentu atau tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Adapun karakteristik responden ditinjau dari segi pendidikan dpat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 6. karakteristik responden dari segi pendidikan
No
Nama
Pendidikan
1
H. Muh. Rafiq
Tidak sekolah
2
ABD. Kadir
SMA
3
ABD. Majid
SMA
4
Tamrin
SD
5
Muh. Nurun
Tidak Sekolah
  Sumber : Data Primer yang telah diolah  di Desa Tanete Kecamatan     Maritengngae Kabupeten Sidenreng Rappang 2012.
Tabel 6, dapat dijelaskan bahwa keadaan responden di Desa Tanete. Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap  berdasarkan tingkat pendidikan yaitu mulai dari tidak pernah mengenyam pendidikan  sampai SMA.

IV. 1. 4    Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan hidup masyarakat dalam menunjang kehidupannya sehari-hari agar dapat membiayai segala kebutuhan baik sandang, pangan dan papan. Adapun pekerjaan masyarakat di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidrap dapat dilihat pada Tabel berikut.
Adapun  karaktristik responden ditinjau dari segi pekerjaan dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut :
Tabel 7. Karakteristik responden dari segi pekerjaan
No
Nama
Jenis pekerjaan
Pokok
Sampingan
1
H. Muh. Rafiq
Peternak
Petani
2
ABD. Kadir
Peternak
Petani
3
ABD. Majid
Peternak
Petani
4
Tamrin
Peternak
Petani
5
Muh. Nurun
Petani
-
  Sumber : Data Primer yang telah diolah  di Desa Tanete Kecamatan     Maritengngae Kabupeten Sidenreng Rappang 2012.
Tabel 7, dapat dijelaskan bahwa pekerjaan yang digeluti responden sebagain besar adalah peternak yaitu sebanyak 4 orang atau sebesar 80%.  Hal ini berkaitan dengan kondisi daerah yang  memiliki populasi ternak ayam ras petelur terbanyak di Kabupaten Sidrap dan tentunya sangat berpotensi untuk pengembangan usaha ternak ayam ras petelur.

IV. 1. 5    Kepemilikan ternak
Kepemilikan ayam ras petelur menunjukkan banyaknya ayam ras petelur yang dimiliki oleh responden. Jumlah kepemilikan ternak pada tiap responden berbeda-beda tergantung kondisi usaha. Adapun klasifikasi responden berdasarkan kepemilikan ayam ras petelur di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidrap dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 8.  Karakteristik Responden dari Segi Kepemilikan Ternak
No
Nama
Ayam
Bebek
1
H. Muh. Rafiq
5000
100
2
ABD. Kadir
1000
-
3
ABD. Majid
1500
-
4
Tamrin
4.000
70
5
Muh. Nurun
-
-
  Sumber : Data Primer yang telah diolah  di Desa Tanete Kecamatan     Maritengngae Kabupeten Sidenreng Rappang 2012.
Tabel 8 terlihat bahwa klasifikasi responden di desa Tatete Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidrap berdasarkan kepemilikan ayam ras petelu dan itik. Terdiri dari berbagai skala mulai dari skala 1.000 – 5.000 ekor dan itik sebagai ternak sampingan tidak terlalu besar jumlahnya.

IV. 1. 6    Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga yang dimiliki oleh responden di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae. Anggota keluarga tersebut baik keluarga inti maupun keluarga batih. Anggota keluarga yang dimiliki dapat memberikan dampak positif dalam pekerjaan karena anggota keluarga yang dimiliki tersebut dapat digunakan sebagai tenaga kerja.
Klasifikasi responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga di Desa Tanete  Kecamatan Maritengngae dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 9.  Jumlah Tanggungan Keluarga

No
Jumlah Tanggungan (Orang)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1
2
1 - 5
6 -10
5
0
100
0
Jumlah
5
100
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2012.
Tabel 9, menjelaskan bahwa keadaan responden di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae berdasarkan jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki yaitu rata-rata 1 sampai 5 orang. Dalam bekerja dibutuhkan tenaga kerja.  Sebagian besar pekerja di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae menggunakan anggota keluarga sebagai tenaga kerja.  Sehingga banyaknya anggota keluarga dapat mengurangi biaya tenaga kerja karena anggota keluarga dapat membantu dalam pekerjaan.

IV. 2        Kasus Yang Diangkat
Responden pertama, bapak H. Muh. Rafiq mengatakan bahwa beliau sangat merasakan maanfaat dari adanya penyulihan peternakan, karena belaiu tidak pernah mengenyam pendidikan formal maka beliau sangat terbuka untuk menerima pendidikan mengenai peternakan dari penyuluh untuk kelangsungan usaha ternaknya. Untuk hal pemasaran beliau lebih memilih untuk pembeli untuk datang kerumahnya, ketimbang membawanya kepasar, karena beliau tidak mau pusing dengan pembeli yang barang dagannyaa sehingga berpotensi menghambat usahanya.
Responden selanjutnya, yaitu bapak Abd. Kadir yang pada dasarnya pernah mengenyam pendidikan sampai bangku SMA, namun bukan pada disiplin ilmu peternakan, numun karena beliau mempunyai tekat untuk bergelut di dunia peternakan khususnya ayam Ras Petelur beliau berusaha untuk bertanya kepada tetangganya-tetangganya yang sudah berhasil, Dengan respon yang baik dari para tetangganya kini bapak Abdul Kadir sudah memiliki 1.000 ekor ayam ras petelur
Selanjutnya bapak Abdul Majid dan bapak Tamrin yang keduanya berprofesi sebagai peternak ayam ras petelur yang bermitra dengan bapak H. Muhtar. Keduanya mengungkapkan bahwa bermitra dengan bapak H.Muhtar sangat menguntungkan bagi mereka, dimana keduanya dimodali berupa bibit ayam ras petelur yang juga ditanggungi pakan maupun obat-obatnnya, mereka hanya menyediakan kandang dan mengurus ayam-ayam tersebut. Selanjutnya tiap dua minggu sekali orang dari bapak H. Muhtar datang mengambil telurnya dan memberikan setengah dari hasil penjualan.
Responden terakhir yakni bapak Muhammad Nurun yang kebetulan bukan peternak, setiap harinya beliau bekerja sebagai buruh tani. Dan sebagai warga yang tidak berprofesi sebagai peternak beliau mengaku bahwa tidak merasa terganggu dengan kondisi lingkungan yang ada. Hal ini dikarenakan interaksi sosial dalam masyarakat sangat baik yang memang terbentuk dari dulu. Selain itu diantara masyarakat sudah tertanam rasa kekeluargaan.

IV. 3        Pembahasan Kasus
Berdasarkan kasus yang telah di temukan pada masyarakat penati/peternak di Desa Tanete Kecamatan Maritenggae Kabupaten Sidrap bahwa adaptasi pada teori pertukaran sosial yang terjadi di masyarakat tumbuh secara alamiah tanpa ada campur tangan atau pun rekayasa dari golongan atau pun kelompok yang memehami inti dari teori pertukaran sosial yaitu mengandung usur  ganjaran, pegorbanan dan keuntungan. Melihat dari realitas masalah secara umum yang terjadi pada ke 5 responden yang tela di wawancarai, proses pertukaran sosial yang terjadi yaitu pada  penyuluhan yang di ikuti oleh responden mengandung unsur pengorbanan di karenakan responden harus meninggalkan usaha ternaknya untuk mengikuti kegiatan penyuluhan tersebut tetapi pada dasarnya responden juga mendapkat keuntungan berupa pengetahuan tambahan mengenai bagaimana megelola peternakan ayam petelur dengan pola manajeman yang baik. Sehingga baik dari pihak peternak maupun penyuluh masing masing mendapatkan keuntungan dan menerima ganjaran yang merupakan unsur dasar dari teori pertukaran sosial.
Hal selanjutnya yang di temukan pada responden yaitu pola kemitraan yang terjalin antara Inti dan Inti dimana H. Muktar bertindak sebagai inti dan responden sebagai plasma dan terjadilah hubungan  dimana kedua komponen tersebut melakukan proses pertukaran yang dimana pada umumnya di setiap pelaku usaha peternakan yang menjalankan hubungan kemitraan itu mengandung unsur ganjaran, pengoerbanan dan keuntungan. H Muktar dalam proses kemitraan yang bertindan sebagai Inti menyiapkan DOC, pakan, dan obat-obatan sedangkan Responden sebagai plasma menyiapkan prasarana berupa lahan, kandang dan tenaga kerja untuk mengurus semua kegiatan pemeliharaan ayam sehingga jika di kaitkan pada terori pertukaran sosial, hal yang gejadi pada proses kemitraan berkesesuain dengan terori pertukaran sosila yang di ungkapkan oleh George C. Homans  menyatakan bahwa dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan dan keuntungan yang saling mempengaruhi. Teori ini menjelaskan bagaimana manusia memandang tentang hubunga kita dengan orang lain sesuai dengan anggapan dari manusia tersebut terhadap (1) keseimbangan antara apa yang diberikan ke dalam hubungan dan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu dan (2) jenis hubungan yang dilakukan




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


V. 1   Kesimpulan
                                    Dari hasil Praktek Lapang Sosiologi Peternakan di desa Tanete Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang dapat disimpulkan bahwa Pertukaran Sosial dalam Interaksi Sosial Indivudu dan Kelompok sudah berjalan dengan baik, Namun untuk pertukaran sosial dalam Kelembagaan Masyarakat belum berjalan maksimal karena kurangnya Kelompok Tani/ternak yang ada dalam Desa Tanete.

V. 2   Saran
1.      Demi tercapainya pertukaran sosial dalam interaksi sosial individu dan kelompok dalam kelembagaan masyarakat maka peran pemerintah daerah sangat perlukan dalam hal ini ketegasan dalam mengarahkan warganya untuk bergabung dalam Kelompok Tani/Ternak.
2.      Untuk penegembangan praktek mata kuliah Sosiologi Masayarakat Pedesaan, harapkan agar Dosen dan Asisten pendamping untuk lebih mengembangkan Materi materi yang di berikan sehinnga apa yang dapat kita pelajari lebih baik lagi kedepannya.
                       

                                 




DAFTAR PUSTAKA


Anonima.2012. Teori Pertukaran Sosial.
http://id.wikipedia.org. diakses pada tanggal 20 Maret  2012

Anonimb.2011.Tugas dan Fungsi Lembaga Kemasyarakatan. 
Desapurwa.blogspot.com Diakses pada tanggal 22 Maret 2012

Lawang, Robert M.Z . 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. PT. Gramedia. Jakarta

Ritzer, George & Douglas J. Goodman.2007.Teori sosiologi modern.terjemahan Alimandan.Kencana.Jakarta

Soekamto,Soeryono.2002. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. PT.Raja Grafindo. Persada:Jakarta

Soelaeman, Dr M Munandar.2005. Ilmu Sosial Dasar (Teori dan Konsep Ilmu Sosial). Reflika Aditama. Bandung

Sukardi.2010.Skripsi Profitabilitas Usaha Ayam Ras Petelur.Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan.Universitas Hasanuddin.Makassar

Tri,  Sandi Cahyo.2011 .Teori Struktural Fungsional, Teori Konflik dan  Teori Pertukaran http://sanditricahyo.blogdetik.com diakses pada tanggal 23 Februari 2012