PERTUKARAN SOSIAL DALAM INTERAKSI SOSIAL INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM KELEMBAGAAN MASYARAKAT
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1
Latar
Belakang
Manusia sebagai mahluk individual mempunyai dorongan ayau
motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya, sedangkan sebagai mahluk sosial
manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain. Dengan
adanya dorongan atau motif sosial, manusia akan mencari orang lain untuk
mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi. Dengan demikian, maka akan
terjadi interaksi antara manusia dengan manusia yang lain.
Dengan adanya interaksi tentunya akan melahirkan suatu
pertukaran sosial, dengan pendekatan ini akan menjelaskan fenomena kelompok
dalam lingkup konsep-konsep ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan imbalan.
Dan peran suatu lembaga kemasyarakatan sangat perlu dalam hal
ini untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam pembangunan.
Mananamkan dan memupuk rasa persatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh
NKRI, meningkatkan kualitas dan percepatan pelestarian dan pengembangan
hasil-hasil pembangunan secara partisipatif, menumbuhkembangkan dan
menggerakkan prakarsa, partisipasi, swadaya gotong royong masyarakat dan
menggali pendayagunaan dan pengembangan potensi sumberdaya alam serta
keserasian lingkungan hidup.
Terkait dengan masyarakat khususnya komoditas peternak ayam
ras petelur, tentunya interaksi itu sangatlah dipandang perlu baik dari sesama
peternak, peternak dengan konsumen muapun dengan lembaga kemasyrakatan.
Dan untuk mengetahui bagaimana pertukaran sosial yang
terjadi, kaitannya interaksi di tengahmasyarakat yang berada di linkup komoditas
peternak ayam ras petelur maka dilakukanlah praktek lapang dengan judul “PERTUKARAN SOSIAL DALAM
INTERAKSI SOSIAL INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM KELEMBAGAAN MASYARAKAT”.
I. 2
Maksud dan
Tujuan
Maksud dari dilakukannya praktek lapang sosiologi peternakan ini
adalah dapat melihat dan mengetahui secara langsung bagaimana pertukaran sosial
dalam interaksi sosial individu dan kelompok dalam kelembagaaan masyarakat
peternak ayam ras petelur di desa Tanete Kecamatan Maritengngae Kabupaten
Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan.
Tujuan dilaksanakannya praktek lapang sosiologi peternakan
ini adalah untuk memperoleh pengetahuan tentang bagaimana pertukaran sosial
dalam interaksi sosial individu dan kelompok dalam kelembagaaan masyarakat
peternak ayam ras petelur di desa Tanete Kecamatan Maritengngae Kabupaten
Sidenreng Rappang,dan membandingkan dengan teori yang didapatkan dalam
perkuliahan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II. 1
Tinjauan
Umum Ayam Ras Petelur
Ayam ras petelur adalah jenis ayam yang sangat
efisien diternakan sebagai penghasil telur. Ciri-ciri umunmnya yaitu badan
relatif kecil dan berbentuk langsing. Karena badannya langsing dan kecil ayam
ini sifatnya lincah dan mudah kaget (Sukardi. 2010)
Rasyaf (1996)
mengemukakan bahwa, usaha ternak ayam ras petelur di Indonesia secara komersial
belum banyak ditemukan, tetapi telah menghasilkan suatu perkembangan populasi
ternak ayam pesat baik petelur maupun pedaging. Perkembangan populasi ternak
ayam ras yang paling menggembirakan adalah ternak ayam ras petelur (Sukardi.2010)
Beternak ayam ras petelur mempunyai prospek yang
cukup baik untuk masa mendatang, karena kebutuhan akan sumber protein semakin
meningkat. Oleh karena itu, pemeliharaannya harus lebih diperhatikan terutama
dalam pemberian makanan, vaksinasi serta
penggunaan obat-obatan yang dicampur dengan makanan dan minuman (sukardi
2010)
Usaha peternakan ayam ras petelur telah berkembang
pesat, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain meningkatkan
efisiensi usaha ayam ras petelur akibat meningkatnya keterampilan peternak
dalam menerapkan teknologi maju adanya dorongan dan pembinaan pemerintah.
Semakin meningkatnya permintaan komoditi telur serta pesatnya perusahaan
pembibitan ayam, pabrik makanan ternak serta obat-obatan di dalam negeri
(Sukardi. 2010)
Usaha petenakan ayam ras petelur merupakan kegiatan
industri biologi, dimana keberhasilan ditentukan oleh sarana poduksi, bibit dan
makanan ternak serta ketepatan manajemen
dan usaha kelancaran pemasaran hasil produksi. Namun demikian komponen pakan
ternak memegang peranan penting dalam menjamin kelangsungan usaha
(sukardi.2010)
Dilanjutkan kembali oleh Rasyaf (1996)yang
menyatakan bahwa ayam ras petelur dikenal dua macam, petelur kulit cokelat dan
kulit putih. Keduanya sebenarnya sama dan kandungan gizinyapun relatif sama,
yang berbeda hanyalah dari sudut pandang pembeli yang menganggaptelur warna
cokelat lebih menarik , lebih besar dan lebih enak sekalipun ini tidak
terbukti, masalah enak atau tidak enak tentu harus malalui pengujian rasa yang
sifatnya relatif. Namun akibatnya dari pandangan pembeli itulah menyebabkan
telur ayam ras cokelat lebih banyak peminatnya (Sukardi.2010)
Menurut sudarmono (2003) ayam ras petelur mempunyai
sifat-sifat unggul yaitu sebagai berikut :
1. Laju
pertumbuhan ayam ras petelur sangat pesat pad aumur 4,5-5,0 bulan telah
mencapai kedewasaan kelamin dan bobot badan antara 1,6-1,7 kg. Pada waktu itu
sebagian dari kelompok ayam telah berproduksi. Adapun pada ayam kampung pada
umur yang sama bobot badannya baru mancapai
sekitar 0,8 kg, kedewasaan kelamin ayam kampung baru dicapai pada umur
7-8 bulan
2. Kemampuan
berproduksi ayam ras petelur cukup tinggi yaitu antara 250-280 butir pertahun
dengan bobot telur antara 50-60 g/butir. Sedangkan produksi ayam kampung
berkisar 30-40 g/butir.
3. Kemampuan
ayam ras petelur dalam memanfaatkan ransum pakan sangat baik dan
berkolerasipositif. Konversi terhadap penggunaan ransum cukup bagus yaitu
setiap 2,2 kg-2,5kg ransum dapat menghasilkan 1 kg telur. Dalam hal ini ayam
kampung telah memiliki korelasi positif dalam memanfaatkan ransum memanfaatkan
ransum yang baik dan mahal. Oleh karena itu ayam kampung lebih ekonomis bila
diberi pakan yang lebih murah.
4. Periode
bertelur ayam ras leih panjang, bisa berlangsung 13-14 bulan atau hingga ayam
berumur 19-29 bulan. Walaupun ayam ras hanya mengalami satu periode bertelur
akan tetapi periode bertelurnya tersebut berlangsung sangat panjang dan
produktif. Hal ini disebabkan karena tidak adanya perode mengeram pada ayam ras
petelur tersebut. Sedangkan ayam kampung
mangalami periode bertelur berkali-kali namun satu periode bertelurnya
berlangsung sangat pendek, yaitu sekitar 15 hari. Periode bertelur ayam
kampung terputus-putus karena ayam
kampung memiliki sifat atau periode mengeram.
Dilanjutkan kembali oleh Sukardi dalam
(Sudarmono.2003) mengatakan bahwa kelemahan yang dimiliki ayam ras petelur,
yaitu sebagai berikut :
1. Ayam
ras petelur sangat peka terhadap lingkungan, kemampuan adaptasi terhadap
lingkungan lebih rendah bila dibandingkan dengan ayam kampung. Ayam ras petelur
lebih mudah mengalami stress.
2. Tuntutan
hidup ayam ras petelur lebih tinggi
yaitu selalu menuntut pakan dalam jumlah dan kualitas yang tinggi, jumlah air
minum yang cukup dan menggantunkan diri sepenuhnya pada peternak. Sehingga
dengan demikian ayam ras petelur tidak cocok diternakkan secara ekstensif.
3. Memiliki
sifat kanibalisme yang lebih tinggi daripada ayam kampung, walaupun secara umum
ayam ras tersebut, tetapi harus diteliti lebih dahulu.
II. 2
Pengertian
Ilmu Sosiologi
Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang
dikemukakan beberapa ahli :
1. Emile
durkheim
sosiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang
mengandung cara bertindak, berfikir dan berperasaan yang berada di luar
individu dimana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan
individu.(Sukamto.2002)
2. Selo
Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi
adalah ilmukemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial
termasuk perubahan sosial.(Sukamto.2002)
3. Soejono
Soekamto
Sosiologi
adalah ilmi yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang
bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum dan berusaha untuk
mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.(Sukamto.2002)
4. William
Kornblum
Sosiologi
adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan
masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
(Soelaeman,M.2005)
5. Roucek
dan Warren
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok sosial.(Soelaeman,M.2005)
6. Allan
Johnson
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya
dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan
bagaimana pula orang yang terlibat di dalamnya memperngaruhi sistem tersebut.
(Lawang,R.2008)
7. Pitirim
Sorokin
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala
moral). Sosiologi adalaah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal
balik antara gejala sosial dan gejala non sosial dan yang terakhir sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial
lain.( Ritzer, George & Douglas
J. Goodman.2007)
Sosiologi
adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu
organisasi sosial ( Ritzer, George
& Douglas J. Goodman.2007)
8. Max
Weber
Sosiologi
adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial ( Ritzer, George & Douglas J.
Goodman.2007)
9. Paul
B Horton
Sosiologi
adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk
kehidupan kelompok tersebut. ( Ritzer,
George & Douglas J. Goodman.2007)
Dari
berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari hubungan antara individi dengan individu, individu dengan masyarakat, dan masyarakat
dengan masyarakat.
Selain
itu sosiologi adalah ilmuyang membicarakan apa yang sedang terjadi saat itu.
Khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari
pengertian-pengertian umum, rasional, empiris, serta bersifat umum.
II. 3
Pengerian
Teori Pertukaran Sosial
Teori pertukatan sosial menurut George C Homans adalah teori dalam ilmu sosial yang menyatakan
bahwa dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan dan keuntungan
yang saling mempengaruhi. Teori ini menjelaskan bagaimana manusia memandang
tentang hubunga kita dengan orang lain sesuai dengan anggapan dari manusia
tersebut terhadap (1) keseimbangan antara apa yang diberikan ke dalam hubungan
dan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu dan (2)
jenis hubungan yang dilakukan. (Ritzer, George & Douglas J. Goodman.2007)
Selanjutnya untuk terjadinya
pertukaran sosial harus ada persyaratan yang harus dipenuhi. Adapun syarat-syarat
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Suatu
perilaku atau tindakan harus berinteraksi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat
tercapai lewat interaksi dengan orang lain.
2. Suatu
perilaku atau tindakan harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian
tujuan-tujuan yang dimaksud. Adapaun tujuan yang dimaksud dapat berupa ganjaran
atau penghargaan ekstrinsik yaitu berupa benda-benda tertentu, uang dan jasa. ( Ritzer, George & Douglas J.
Goodman.2007)
Teori pertukaran sosial menurut Peter M Blau adalah pemahaman struktur
sosial berdasarkan analisis proses sosial yang memengaruhi hubungan- hubungan
individu dan kelompok yang di dalamnya mengatur perilaku manusia dan melandasi
hubungan antar individu maupun antar kelompok, di dalamnya terdapat empat langkah
berurutan mulai dari petukaran antara pribadi ke struktur sosial hingga ke
perubahan sosial:
Langkah 1 : pertukaran antara individu yang meningkat
ke......
Langkah 2 : diferensiasi status dan
kekuasaan yang mengarah ke....
Langkah 3 : Legitimasi dan pengorganisasian
yang menyebarkan bibit dari....
Langkah 4 : Operasi dan perubahan .
( Ritzer, George & Douglas J.
Goodman.2007)
II. 4
Munculnya
Teori Pertukaran Sosial dan Penggagasnya
Pada umumnya, hubungan sosial terdiri daripada
masyarakat lain dilihat mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam
hubungan tersebut, yang terdapat unsur ganjaran, pengorbanan dan keuntungan.
Ganjaran merupakan segala hal yang dipengaruhi melalui adanya pengorbanan,
manakala pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan dan keuntungan adalah
ganjaran dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas
pertukaran antara dua orang berdasarkan perhitungn untung-rugi. Misalnya
pola-pola perilaku di tempat kerja. .(Soelaeman,M.2005)
Analogi dari hal tersebut pada suatu ketika anda
merasa bahwa setiap teman anda di satu kelas selalu berusaha memperoleh sesuatu dari diri anda. Pada saat
tersebut anda selalu memberikan apa yang teman anda butuhkan , akan tetapi hal
sebaliknya justru terjadi ketika anda membutuhkan sesuatu dari teman anda.
Setiap individu menjalin pertemanan tentunya mempunyai tujuan untuk saling
memperhatikan satu sama lain. Individu tersebut pasti diharapkan untuk berbuat
sesuatu bagi sesamanya, saling membantu jikalau dibutuhkan dan saling
memberikan dukungan dikala sedih. Akan tetapi mempertahankan hubungan persahhabatan juga membutuhkan biaya (cost) tertentu seperti hilang waku dan energi
serta kegiatan-kegiatan yang lainnya yang tidak jadi dilaksanakan. Meskipun
biaya-biaya itu tidak dilihat sebagai sesuatu hal yang mahal atau membebani
kita dipandang dari sudut pandang penghargaan (reward) yang didapatkan dari persahabatan. Apabila biaya yang
dikeluarkan terlihat tidak sesuai dengan imbalannya yang terjadi justru
perasaan tidak enak di pihak lain yang merasa bahwa imbalan yang diterima tidak
sesuai dengan biaya / pengorbanan yang
sudah diberikan (Soelaeman,M. 2005)
Analisa mengenai hubungan sosial terjadi menurut cost and reward ini merupakan salah satu
ciri khas teori pertukaran. Teori pertukaran iini memusatkan perhatiannya pada
tingkat analisis makro. Khusus pada analisis tingkat kenyataan sosial antar
pribadi. Pada pembahasan ini akan ditekankan pada pemikiran teori pertukaran Homans dan Blau. Homans dalam
pemiirannya berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi
individu untuk menjelaskan peilaku sosial dari pada hanya menggambarkannya.
Akan tetapi Blau di piak lain
berusaha merujuk bernjak pada tingkat pertukaran antar pribadi tingkat mikro ke
tingkat yang lebih makro yaitu struktur sosial. Ia berusaha untuk menunjukkan
bagaimana struktur sosial yang lebih besar itu muncul dari proses-proses
pertukaran dasar .(Soelaeman,M.2005)
II. 5
Pertentangan
Teori Sosial Individualistis dan Kolektivistis
Pertentangan yang terjadi merupakan akibat dari
tumbuhnya pertentangan antara orientasi individualistis dan kolektivistis. Homans merupakan seorang yang sangat
menekan pada pendekatan individualistis terhadap perkembangan teori sosial. Hal
ini berbeda dengan penjelasan Levi-Strauss
yang bersifat kolektivistas khususnya mengenai perkawinan dan pola-pola
kekerabatan.(Lawang,R.2008)
Levi-Strauss merupakan sosiolog ahli
antropologi dari prncis yang mengembangkan perspektif mengenai pertukaran
sosial dalam analisisnya mengenai praktik perkawinan dan sistem kekerabatan
masyarakat-masyarakat primitif. Suatu pola umum yang dianalisisnya adalah
seorang pria putri saudara ibunya. Suatu pola yang jarang terjadi adalah orang
mengawini putri saudara bapaknya. Pola yang terakhir dianalisis lebih lanjut
oleh Bronislaw Malinoski dengan
pertukaran non material. (Lawang,R.2008)
Dalam menjelaskan hal ini Levi-Strauss membedakan dua
sistem pertukaran yaitu retricted
exchange. Pada retricted exchange para
anggota kelompok dyad terlibat dalma transaksi pertukaran langsung,
masing-masing anggota pasangan tersebut saling memberikan dasar pribadi
sedangkan pada generalized exchange anggota-anggota
dalam suatu kelompok triad atau yang lebih besar lagi menerima sesuatu dari
seseorang pasangan lain dari orang yang dia berikan sesuatu yang berguna. Dalam
pertukaran ini memberikan dampak pada integrasi dan solidaritas
kelompok-kelompok yang lebih besar dengan cara yang lebih efektif. Tujuan utama
proses pertukaran ini adalah tidak untuk memungkinkan pasangan-pasangan yang
terlibat dalam pertukaran ini untuk memenuhi kebutuhan individualistisnya. Akan
tetapi untuk mengungkapkan komitmen moral mengenai pola-pola pertukaran yang
terjadi antara pasangan perkawinan dalam masyarakat primitif. (Lawang,R.2008)
II. 6
Pertukaran
Sosial dalam Interaksi Sosial Ekonomi Kemasyarakatan
Ada beberapa hal yang ditetapkan Homans mengenai proposisi sukses,
pertama meski umumnya benar bahwa makin sering hadiah diterima menyebabkan
makin sering tindakan dilakukan, namun pembahasan ini lebih besar kemungkinan
tidak dapat berlangsung tanpa batas. Disaat tertentu individu benar-benar tidak
dapat bertindak seperti itu sesering mungki. Kedua makin pendek jarak waktu
antara perilaku dan hadiah, makin besar kemungkinan orang-orang mengulangi
perilaku. Sebaliknya lama jarak waktu antara perilaku dan hadiah makin kecil
kemungkinan orang mengulangi perilaku. Ketiga menurut Homans pemberian hadiah
secara intermiten lebih besar kemungkinannya perulangan perilaku ketimbang
menimbulkan hadiah yang teratur. Hadiah yang teratur menimbulkan kejenuhan dan
kebosanan. Sedangkan hadiah yang diterima dalam jarak waktu yang teratur sangat
menimbulkan perulangan perilaku. (Ritzer,George & Douglas J.
Goodman.2007)
Konsep penting lainnya adalah biaya
dan keuntungan. Biaya tiap perilaku didefinisikan sebagai hadiah yang hilang
karena tak jadi melakukan sederetan tindakan yang direncanakan. Keuntungan
dalam pertukaran sosial dilihat sebagai sejumlah hadiah yang lebih besar yang
diperoleh atas biaya yang diperoleh seseorang sebagai hasil tindakannya makin
besar kemungkinanya ia melaksanakan tindakan itu . ( Ritzer, George & Douglas J. Goodman.2007)
BAB
III
METODE
PRAKTEK PELAKSANAAN PRAKTEK
III. 1
Gambaran Umum Lokasi Praktek
III.1.1
Batas Wilayah
Desa Tanete
merupakan salah satu dari 12 desa/kelurahan yang terdapat di Kecamatan
Maritengngae, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Adapun batas-batas wilayah
Desa Tanete adalah sebagai berikut:
·
Sebelah
Utara berbatasan dengan Desa/Kelurahan Lautang Benteng.
·
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa/Kelurahan Allakuang/ Amparita.
·
Sebelah
Selatan berbatasan dengan Desa/Kelurahan Allakuang.
·
Sebelah
Barat berbatasan dengan Desa/Kelurahan Ariawa.
III.1.2 Data Populasi Ternak
Adapun jenis dan
populasi berbagai jenis ternak yang dimiliki ataupun yang diusahakan oleh
masyarakat di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 1. Populasi Ternak Menurut Jenisnya di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae.
No
|
Jenis Ternak
|
Jumlah (Ekor)
|
Persentase (%)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Sapi
Kerbau
Kuda
Kambing
Ayam ras petelur
Ayam ras pedaging
Ayam buras
Itik
Bebek Manila/ Muscovy
|
-
-
-
-
234
-
18
542
38
|
-
-
-
-
28.12
-
2.16
65.14
4.56
|
Jumlah
|
832
|
100
|
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2012.
Tabel 1,
dapat dilihat bahwa terdapat
beraneka ragam jenis ternak di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae yaitu terdiri
atas ternak unggas seperti ayam ras petelur, ayam buras, itik, dan bebek
manila. Ternak yang memiliki populasi paling banyak adalah itik yaitu 542 ekor dan ternak yang terkecil populasinya
adalah ayam buras yaitu 18 ekor.
III.1.3 Data Luas Areal
Pertanian
Adapun areal
pertanian yang dimiliki ataupun yang diusahakan oleh masyarakat di Desa Tanete
Kecamatan Maritengngae dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Populasi Luas Areal Pertanian di Desa Tanete.
Kecamatan Maritengngae.
No
|
Jenis areal pertanian
|
Luas Lahan (Ha/m2)
|
Persentase (%)
|
1
2
3
4
|
Sawah irigasi kering
Sawah irigasi ½ teknis
Sawah tadah hujan
Tanah kerin/pemukiman
|
35
65
70
29
|
17.59
32.67
35.2
14.57
|
Jumlah
|
199
|
100
|
Sumber
: Data Profil Desa Tanete, 2010
Table 2, dapat
dilihat bahwa areal pertanian di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae didominasi
oleh areal persawahan yang luasnya mencapai 170 Ha/m2 sedangkan luas
tanah kering/pemukiman hanya 29 Ha/m2.
III.1.4 Data Distribusi
Pekerjaan
Data distribusi
pekerjaan masyarakat yang ada di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae dapat
dilihat dari table berikut.
Tabel 3. Data Distribusi Pekerjaan Menurut Jenisnya di Desa Tanete Kecamatan
Maritengngae.
No
|
Jenis Pekerjaan
|
Jumlah (orang)
|
Persentase (%)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Petani
Buruh tani
Buruh migrasi
PNS
Peternak
Nelayan
Polri
Pensiunan PNS
|
65
25
14
88
171
10
3
16
|
16.58
6.37
3.57
22.44
43.62
2.55
0.76
4.08
|
Jumlah
|
392
|
100
|
Sumber : Data
Profil Desa Tanete, 2010.
Table 3,
menjelaskan bahwa distribusi pekerjaan yang terbanyak adalah peternak senyak
171 orang atau sebesar 43.62%. dan yang terrenda adalah polri sebanyak 3 orang
atau sebesar 0.76%.
III. 2
Metode
Pengumpulan Data
III.2.1
Jumlah Responden
Jumlah responden
pada praktek lapang sosiologi peternakan yang berlokasi di Desa Tanete
Kecamatan Maritengngae berjumlah 5 orang.
III.2.2
Alamat Responden
Semua responden
pada Praktek Lapang Sosiologi Peternakan beralamat di dusun 3 Desa Tanete Kecamatan Maritengngae Kabupaten
Sidenreng Rappang.
III.2.3
Metode Wawancara
Metode yang
dilakukan adalah wawancara langsung dengan responde. Untuk
memudahkan proses wawancara tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan kuisioner atau
daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan kebutuhan penelitian.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV. 1
Karakteristik
Responden
IV. 1. 1
Umur
Umur merupakan
salah satu indikator kemampuan fisik seseorang. Seseorang yang memiliki umur
lebih muda cenderung akan memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat daripada
mereka yang memiliki umur yang lebih tua. Umur seorang peternak dapat
berpengaruh terhadap produktifitas kerja, sebab umur erat kaitannya dengan
kemampuan kerja serta pola pikir dalam
menentukan bentuk serta pola manajemen yang diterapkan dalam usaha.
adapun
karakteristik responden ditinjau dari segi umur dpat dilihat pada tabel 4
sebagai berikut ;
Tabel 4..
Katakteristik responden dari segi umur
No
|
Umur (tahun)
|
Jumlah responden
|
Persentase
|
1
|
20-30
|
-
|
|
2
|
30-40
|
3
|
60
|
3
|
40-50
|
-
|
|
4
|
50-60
|
-
|
|
5
|
60-70
|
2
|
40
|
Jumlah
|
5
|
100
|
Sumber : Data Primer yang telah diolah di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae
Kabupeten Sidenreng Rappang 2012.
Tabel 4,
menjelaskan bahwa keadaan
responden di
desa Tanete, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap berdasarkan umur yaitu umur 30-40 tahun sebanyak 3 orang atau (60%) dan
umur 60 - 70 sebanyak 2 orang atau
(40%). Kondisi ini menunjukkan bahwa rata-rata responden berada pada umur produktif yang
memiliki kemampuan fisik yang mendukung dalam mengelola usaha peternakan ayam
ras petelur agar lebih produktif. secara
umum.
IV. 1. 2
Jenis Kelamin
Jenis kelamin
seseorang akan dapat berdampak pada jenis pekerjaan yang digelutinya. Produktivitas kerja seseorang
dapat pula dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin. Adanya perbedaan fisik antara
laki-laki dengan perempuan tentunya akan berdampak pada hasil kerjanya.
Adapun karakteristik
responden ditinjau dari segi jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai
berikut :
No
|
Jenis kelamin
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Laki-laki
|
5
|
100
|
2
|
Perempuan
|
-
|
0
|
Jumlah
|
5
|
100
|
Sumber
: Data Primer profildi Desa Tanete Kecamatan
Maritengngae Kabupeten Sidenreng Rappang 2010
Tabel 5,
dapat dijelaskan
bahwa semua
responden adalah laki-laki
yaitu sebanyak 5 orang atau sebesar 100 %. Hal ini terjadi karena pada usaha yang
dilakoni masyarakat di Desa Tanete pada umumnya petani dan peternak yang membutuhkan tenaga
yang besar untuk bekerja.
IV. 1.
3 Tingkat Pendidikan
Tingkat
pendidikan seseorang merupakan suatu indikator yang mencerminkan kemampuan
seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu jenis pekerjaan atau tanggung jawab.
Dengan latar belakang pendidikan seseorang dianggap mampu melaksanakan suatu
pekerjaan tertentu atau tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Adapun karakteristik responden ditinjau dari segi pendidikan
dpat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 6. karakteristik responden dari segi
pendidikan
No
|
Nama
|
Pendidikan
|
1
|
H. Muh. Rafiq
|
Tidak sekolah
|
2
|
ABD. Kadir
|
SMA
|
3
|
ABD. Majid
|
SMA
|
4
|
Tamrin
|
SD
|
5
|
Muh. Nurun
|
Tidak Sekolah
|
Sumber
: Data Primer yang telah diolah di Desa
Tanete Kecamatan Maritengngae Kabupeten
Sidenreng Rappang 2012.
Tabel 6, dapat dijelaskan bahwa keadaan responden di
Desa Tanete. Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap
berdasarkan tingkat pendidikan yaitu mulai dari tidak pernah mengenyam
pendidikan sampai SMA.
IV. 1.
4 Pekerjaan
Pekerjaan
merupakan suatu kebutuhan hidup masyarakat dalam menunjang kehidupannya
sehari-hari agar dapat membiayai segala kebutuhan baik sandang, pangan dan
papan. Adapun pekerjaan masyarakat di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidrap
dapat dilihat pada Tabel berikut.
Adapun
karaktristik responden ditinjau dari segi pekerjaan dapat dilihat pada
tabel 7 sebagai berikut :
Tabel 7. Karakteristik
responden dari segi pekerjaan
No
|
Nama
|
Jenis pekerjaan
|
|
Pokok
|
Sampingan
|
||
1
|
H. Muh. Rafiq
|
Peternak
|
Petani
|
2
|
ABD. Kadir
|
Peternak
|
Petani
|
3
|
ABD. Majid
|
Peternak
|
Petani
|
4
|
Tamrin
|
Peternak
|
Petani
|
5
|
Muh. Nurun
|
Petani
|
-
|
Sumber
: Data Primer yang telah diolah di Desa
Tanete Kecamatan Maritengngae
Kabupeten Sidenreng Rappang 2012.
Tabel 7,
dapat dijelaskan bahwa
pekerjaan yang digeluti responden sebagain besar adalah peternak yaitu sebanyak
4 orang atau sebesar 80%. Hal
ini berkaitan dengan kondisi daerah yang
memiliki populasi ternak ayam ras petelur terbanyak di Kabupaten Sidrap
dan tentunya sangat berpotensi untuk pengembangan usaha ternak ayam ras
petelur.
IV. 1. 5
Kepemilikan
ternak
Kepemilikan ayam
ras petelur menunjukkan banyaknya ayam ras petelur yang dimiliki oleh
responden. Jumlah kepemilikan ternak pada tiap responden berbeda-beda
tergantung kondisi usaha. Adapun klasifikasi responden berdasarkan kepemilikan
ayam ras petelur di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidrap dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Tabel 8. Karakteristik Responden dari Segi Kepemilikan
Ternak
No
|
Nama
|
Ayam
|
Bebek
|
1
|
H. Muh. Rafiq
|
5000
|
100
|
2
|
ABD. Kadir
|
1000
|
-
|
3
|
ABD. Majid
|
1500
|
-
|
4
|
Tamrin
|
4.000
|
70
|
5
|
Muh. Nurun
|
-
|
-
|
Sumber
: Data Primer yang telah diolah di Desa
Tanete Kecamatan Maritengngae
Kabupeten Sidenreng Rappang 2012.
Tabel 8 terlihat bahwa klasifikasi responden di desa
Tatete Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidrap berdasarkan kepemilikan ayam ras
petelu dan itik. Terdiri dari berbagai skala mulai dari skala 1.000 – 5.000 ekor
dan itik sebagai ternak sampingan tidak terlalu besar jumlahnya.
IV. 1.
6 Jumlah
Tanggungan Keluarga
Jumlah
tanggungan keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga yang dimiliki oleh
responden di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae. Anggota
keluarga tersebut baik keluarga inti maupun keluarga batih. Anggota keluarga
yang dimiliki dapat memberikan dampak positif dalam pekerjaan karena anggota
keluarga yang dimiliki tersebut dapat digunakan sebagai tenaga kerja.
Klasifikasi
responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Tabel
9. Jumlah Tanggungan Keluarga
No
|
Jumlah
Tanggungan (Orang)
|
Jumlah
(Orang)
|
Persentase
(%)
|
1
2
|
1 - 5
6 -10
|
5
0
|
100
0
|
Jumlah
|
5
|
100
|
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2012.
Tabel 9, menjelaskan bahwa keadaan responden di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae
berdasarkan jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki yaitu rata-rata 1 sampai 5
orang. Dalam bekerja
dibutuhkan tenaga kerja. Sebagian besar pekerja di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae
menggunakan anggota keluarga sebagai tenaga kerja. Sehingga banyaknya anggota keluarga dapat
mengurangi biaya tenaga kerja karena anggota keluarga dapat membantu dalam pekerjaan.
IV. 2
Kasus Yang
Diangkat
Responden pertama, bapak H. Muh. Rafiq mengatakan
bahwa beliau sangat merasakan maanfaat dari adanya penyulihan peternakan,
karena belaiu tidak pernah mengenyam pendidikan formal maka beliau sangat
terbuka untuk menerima pendidikan mengenai peternakan dari penyuluh untuk
kelangsungan usaha ternaknya. Untuk hal pemasaran beliau lebih memilih untuk
pembeli untuk datang kerumahnya, ketimbang membawanya kepasar, karena beliau
tidak mau pusing dengan pembeli yang barang dagannyaa sehingga berpotensi
menghambat usahanya.
Responden selanjutnya, yaitu bapak Abd. Kadir yang pada
dasarnya pernah mengenyam pendidikan sampai bangku SMA, namun bukan pada
disiplin ilmu peternakan, numun karena beliau mempunyai tekat untuk bergelut di
dunia peternakan khususnya ayam Ras Petelur beliau berusaha untuk bertanya
kepada tetangganya-tetangganya yang sudah berhasil, Dengan respon yang baik
dari para tetangganya kini bapak Abdul Kadir sudah memiliki 1.000 ekor ayam ras
petelur
Selanjutnya bapak Abdul Majid dan bapak Tamrin yang
keduanya berprofesi sebagai peternak ayam ras petelur yang bermitra dengan
bapak H. Muhtar. Keduanya
mengungkapkan bahwa bermitra dengan bapak H.Muhtar sangat menguntungkan bagi
mereka, dimana keduanya dimodali berupa bibit ayam ras petelur yang juga
ditanggungi pakan maupun obat-obatnnya, mereka hanya menyediakan kandang dan
mengurus ayam-ayam tersebut. Selanjutnya tiap dua minggu sekali orang dari
bapak H. Muhtar datang mengambil telurnya dan memberikan setengah dari hasil
penjualan.
Responden terakhir yakni bapak Muhammad Nurun yang
kebetulan bukan peternak, setiap harinya beliau bekerja sebagai buruh tani. Dan
sebagai warga yang tidak berprofesi sebagai peternak beliau mengaku bahwa tidak
merasa terganggu
dengan kondisi lingkungan yang ada. Hal ini dikarenakan interaksi sosial dalam
masyarakat sangat baik yang memang terbentuk dari dulu. Selain itu diantara
masyarakat sudah tertanam rasa kekeluargaan.
IV. 3
Pembahasan
Kasus
Berdasarkan kasus yang telah di temukan pada
masyarakat penati/peternak di Desa Tanete Kecamatan Maritenggae Kabupaten
Sidrap bahwa adaptasi pada teori pertukaran sosial yang terjadi di masyarakat
tumbuh secara alamiah tanpa ada campur tangan atau pun rekayasa dari golongan
atau pun kelompok yang memehami inti dari teori pertukaran sosial yaitu
mengandung usur ganjaran,
pegorbanan dan keuntungan. Melihat dari realitas masalah secara umum
yang terjadi pada ke 5 responden yang tela di wawancarai, proses pertukaran
sosial yang terjadi yaitu pada
penyuluhan yang di ikuti oleh responden mengandung unsur pengorbanan di
karenakan responden harus meninggalkan usaha ternaknya untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan tersebut tetapi pada dasarnya responden juga mendapkat keuntungan
berupa pengetahuan tambahan mengenai bagaimana megelola peternakan ayam petelur
dengan pola manajeman yang baik. Sehingga baik dari pihak peternak maupun
penyuluh masing masing mendapatkan keuntungan dan menerima ganjaran yang
merupakan unsur dasar dari teori pertukaran sosial.
Hal selanjutnya yang di temukan pada responden yaitu
pola kemitraan yang terjalin antara Inti dan Inti dimana H. Muktar bertindak
sebagai inti dan responden sebagai plasma dan terjadilah hubungan dimana kedua komponen tersebut melakukan
proses pertukaran yang dimana pada umumnya di setiap pelaku usaha peternakan
yang menjalankan hubungan kemitraan itu mengandung unsur ganjaran, pengoerbanan
dan keuntungan. H Muktar dalam proses kemitraan yang bertindan sebagai Inti
menyiapkan DOC, pakan, dan obat-obatan sedangkan Responden sebagai plasma
menyiapkan prasarana berupa lahan, kandang dan tenaga kerja untuk mengurus
semua kegiatan pemeliharaan ayam sehingga jika di kaitkan pada terori
pertukaran sosial, hal yang gejadi pada proses kemitraan berkesesuain dengan
terori pertukaran sosila yang di ungkapkan oleh George C. Homans menyatakan bahwa dalam hubungan sosial
terdapat unsur ganjaran, pengorbanan dan keuntungan yang saling mempengaruhi.
Teori ini menjelaskan bagaimana manusia memandang tentang hubunga kita dengan
orang lain sesuai dengan anggapan dari manusia tersebut terhadap (1)
keseimbangan antara apa yang diberikan ke dalam hubungan dan apa yang
dikeluarkan dari hubungan itu dan (2) jenis hubungan yang dilakukan
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
V. 1 Kesimpulan
Dari
hasil Praktek Lapang Sosiologi Peternakan di desa Tanete Kecamatan Maritengngae
Kabupaten Sidenreng Rappang dapat disimpulkan bahwa Pertukaran Sosial dalam
Interaksi Sosial Indivudu dan Kelompok sudah berjalan dengan baik, Namun untuk
pertukaran sosial dalam Kelembagaan Masyarakat belum berjalan maksimal karena
kurangnya Kelompok Tani/ternak yang ada dalam Desa Tanete.
V. 2 Saran
1.
Demi tercapainya
pertukaran sosial dalam interaksi sosial individu dan kelompok dalam
kelembagaan masyarakat maka peran pemerintah daerah sangat perlukan dalam hal
ini ketegasan dalam mengarahkan warganya untuk bergabung dalam Kelompok
Tani/Ternak.
2.
Untuk penegembangan praktek mata kuliah Sosiologi
Masayarakat Pedesaan, harapkan agar Dosen dan Asisten pendamping untuk lebih
mengembangkan Materi materi yang di berikan sehinnga apa yang dapat kita
pelajari lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonima.2012. Teori Pertukaran Sosial.
http://id.wikipedia.org. diakses pada tanggal 20 Maret 2012
Anonimb.2011.Tugas dan Fungsi Lembaga Kemasyarakatan.
Desapurwa.blogspot.com Diakses
pada tanggal 22 Maret 2012
Lawang, Robert M.Z . 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. PT. Gramedia. Jakarta
Ritzer, George & Douglas J. Goodman.2007.Teori sosiologi modern.terjemahan
Alimandan.Kencana.Jakarta
Soekamto,Soeryono.2002. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. PT.Raja Grafindo.
Persada:Jakarta
Soelaeman, Dr M Munandar.2005. Ilmu Sosial Dasar (Teori dan Konsep Ilmu Sosial). Reflika Aditama.
Bandung
Sukardi.2010.Skripsi
Profitabilitas Usaha Ayam Ras Petelur.Jurusan Sosial Ekonomi
Peternakan.Universitas Hasanuddin.Makassar
Tri, Sandi Cahyo.2011 .Teori Struktural Fungsional, Teori Konflik dan Teori
Pertukaran http://sanditricahyo.blogdetik.com
diakses pada tanggal 23 Februari 2012