Create your own at MyNiceProfile.com

Rabu, 09 April 2014

makalah penyakit pada ternak unggas

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan unggas di negara Indonesia sangat pesat, hal ini disebabkan   peternakan unggas banyak  menciptakan peluang bisnis yang sangat menjanjikan, juga beternak unggas dapat dijangkau oleh masyarakat kalangan menenggah kebawah. Namun banyak hambatan dan rintangan  yang dihadapi dalam beternak unggas yaitu jarga pakan yang terus naik terkadang tidak sebanding dengan hasil panennya, harga vitamin dan obat-obatan yang harus merogok kantong dalam-dalam, juga karena unggas mudah terserang penyakit.
Penyakit yang banyak mencerang unggas adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing,dan sebagian besar  unggas yang paling banyak diserang adalah ayam petelur karena ayam peterlur memiliki  hidup yang lama dan cacing juga memerlukan waktu yang lama untuk siklus hidupnya. Berbeda dengan ayam pedaging yang masa peliharaannya rata-rata satu kali masa panen cuma 35 hari, sehingga untuk siklus hidup cacing juga sangat pendek apalagi untuk menyerang dan menimbulkan penyakit
Unggas yang baik adalah unggas yang dapat menghasilkan produksi yang tinggi,dan untuk menghasilkan produksi yang tinggi unggas perlu diberi perlakuan yang baik dengan memberikan pakan sesuai dengan kebutuhannya, dan dijaga kebersihan agar terhindar dari berbagai macam penyakit yang salah satunya adalah penyakit parasit yang di sebabkan oleh cacing,umumnya pencegahannya dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang dengan rutin melakukan sanitasi kandang . Untuk itu kami membuat judul tentang pencegahan penyakit parasit pada unggas,karena penyakit parasit ini banyak dijumpai dikalangan peternakan terutama peternakan unggas kelas menenggah ke bawah yang kurang memperhatikan kebersihan kandangnya.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana peyebaran penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing Ascariasis?
1.2.2  Bagaimana pencegahan penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing Ascariasis ?


1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui media dan cara penyebaran penyakit parasit yang  disebabkan oleh cacing Ascariasis
1.3.2   Untuk mengetahui pencegahan penyakit yang di sebabkan cacing Ascariasis  pada unggas  









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cacing Ascariasis
Penyakit kecacingan disebut juga helminthiasis akan menyebabkan kerugian secara ekonomis, karena unggas penderita mengalami hambatan pertumbuhan, penurunan produksi telur, berat telur tidak bisa mencapai maksimal dan awal waktu bertelur yang tidak semestinya. Helminthiasis pada unggas disebabkan oleh cacing, yang secara umum terdiri dari tiga klas, yaitu klas Nematoda, Trematoda dan Cestoda. Penyakit helminthiasis akibat cacing Nematoda disebut Nnematodosis, yang disebabkan Trematoda disebut Trematodosis dan yang disebabkan oleh Cestoda disebut Cestodosis.(Rofik.2010)
Ascariasis adalah penyakit cacing yang menyerang unggas dan disebabkan oleh Ascaridia galli. Cacing ini terdapat di usus dan duodenum hewan unggas. Pada ternak ayam sering menyerang baik tipe pedaging maupun tipe petelur, sedangkan pada ayam buras kemungkinan tertular lebih besar karena system pemeliharaan yang bebas berkeliaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi cacing A. Galli diantaranya adalah umur, jenis ayam, dosis infeksi, tipe kandang, nutrisi, sistem pemeliharaan dan cuaca.(Beriajaya.dkk.2010)
 Infeksi Ascaridia disebabkan oleh Ascaridia galli , Ascaridia dissimilis, Ascaridia numidae, Ascaridia columbae dan Ascaridia bonaseAscaridia galliselain berparasit pada ayam juga pada kalkun, burung dara, itik dan angsa. Ascaridia galli merupakan cacing yang sering ditemukan pada unggas dan menimbulkan kerugian ekonomik yang tinggi karena menimbulkan kerusakan yang parah selama bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva. Migrasi terjadi dalam lapisan mukosa usus dan menyebabkan pendarahan, apabila lesi yang ditimbulkan parah maka kinerja ayam akan turun drastic.(Permin,J.P.dkk.2002)
Ascaridia sp yang diketahui menyerang usus halus unggas.Cacing ini meyebabkan enteritis terutama pada unggas muda. Unggas yang diserang antara lain : ayam, kalkun, merpati, puyuh. Siklus hidup cacing ini bersifat langsung, meskipun bisa juga melalui cacing tanah. Salah satu contoh spesies yang sering menyerang ayam adalah Ascaridia galli. Anak ayam lebih peka terhadap cacing Ascaridia galli daripada ayam dewasa.White Leghorn lebih peka daripada ayam ras yang lain. Lewat umur tiga bulan ayam akan lebih tahan, hal ini berkaitan dengan meningkatnya sel-sel goblet dalam usus. Cacing muda lebih banyak menimbulkan kerusakan pada mukosa usus, karena larva cacing cenderung membenamkan diri pada mukosa sehingga sering menyebabkan perdarahan dan enteritis. Gejala klinis yang terjadi pada infeksi cacing A. galli tergantung pada tingkat infeksi. Pada infeksi berat akan terjadi mencret berlendir, selaput lendir pucat, pertumbuhan terhambat, kekurusan , kelemahan umum dan penurunan produksi telur.(Rofik.2010)
Penyakit cacing oleh Ascaridia galli menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi peternak. Cacing dewasa hidup di saluran pencernaan, apabila dalam jumlah besar maka dapat menyebabkan sumbatan dalam usus. Penjelasan selanjutnya menyebutkan bahwa kerugian disebabkan oleh karena cacing menghisap sari makanan dalam usus ayam yang ditumpangi sehingga ayam akan menderita kekurangan gisi.(Annonim.2004)
Ascaridi galli mempunyai ciri-ciri berwarna putih, bentuk bulat, tidak bersegmen dan panjang 6 - 13 cm. Ascaridia galli umumnya yang jantan berukuran lebih besar daripada betina. Pada cacing jantan diameter berukuran 30 - 80 mm, sedangkan pada betina berdiameter 0,5 - 1,2 mm. Gambar .2, memperlihatkan cacing Ascaridia galli.Siklus hidup Ascaridia galli pada ayam berlangsung 35 hari. Telur cacing akan keluar lewat tinja ayam dan menjadi infektif dalam waktu 5 hari pada suhu optimum, yaitu 32 - 340C. Sewaktu ayam sedang makan, telur infektif tertelan yang kemudian menetas di lumen usus. Larva cacing melewati usus pindah ke selaput lendir. Periode perpindahan terjadi antara 10 - 17 hari dalam masa perkembangan.(Idi.A.dkk.2001)
 Dalam waktu 35 hari cacing menjadi dewasa dan mulai bertelur. Sesudah cacing menjadi dewasa akan meninggalkan selaput lendir dan tinggal di dalam lumen usus. Ayam yang masih muda paling peka terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cacing ini. Apabila cacing genus Ascaris yang ditemukan dalam usus halus terlalu banyak, ayam akan menjadi kurus. Hal ini terjadi karena cacing yang memenuhi usus akan menghambat jalannnya makanan, bahkan cacing mengeluarkan zat antienzim yang menyulitkan pencernaan makanan.(Akoso,BT.1993)

2.2.Sanitasi  Kandang
Sanitasi merupakan tindakan pengendalian penyakit melalui kebersihan. Oleh karena itu untuk memperoleh lingkungan yang bersih, higienis dan sehat tindakan sanitasi harus dilaksanakan dengan teratur. Memang harus diakui bahwa rendahnya sanitasi sering menimbulkan peluang yang sangat besar untuk berkembangnya suatu penyakit. Seringkali virus yang virulensinya tinggi sejak DOC tiba. Keganasan seperti ini hanya bisa ditekan dengan tindakan sanitasi dan pengelolaan yang baik.
Beberapa progam sanitasi yang dapat dilakukan secara sederhana, dan dapat menjadi biosecurity farm bagi peternak secara mandiri.
a.  Istirahat kandang
            Langkah pencegahan penyakit adalah dengan mematikan siklus hidup penyakit. Artinya kemampuan hidup bibit penyakit akan terus berlangsung apabila mendapatkan induk semang. Istirahat kandang yang cukup berarti kemampuan serangan suatu bibit penyakit dapat berkurang atau bahkan hilang. Beberapa program sanitasi dan desinfeksi pada saat istirahat kandang antara lain : memotong rumput di sekitar kandang, mengapur lantai kandang, dan pemberian desinfektan.
b. Menjaga kebugaran tubuh
            Pencegahan penyakit dimulai dari dalam tubuh ternak. Peningkatan ketahanan tubuh ternak dari kondisi stress dan menjaga kebugaran tubuh ternak agar ternak tidak mudah terserang penyakit dan menstabilkan produksi telur. Pemberian ramuan tradisional disamping mengurangi tingkat resistensi ternak terhadap obat, juga dapat menurunkan biaya operasinal pemeliharaan.
c. Penggunaan desinfektan
Peyemprotan dengan menggunakan desinfekan dilakukan secara periodik agar siklus hidup bibit penyakit dapat dihilangkan. Penyemprotan dengan desinfektan dapat dilakukan 2 minggu atau sebulan sekali dengan menggunakan antiseptic atau soda abu.Sabun, soda abu 5 % sebagai pensuci hama kulit, pensuci hama tangan dan wadah pakan dan air, menghilangkan kotoran dan agen infeksi.Sedangkan alat-alat yang biasa digunakan untuk operasional kandang dapat dicuci antiseptic/alcohol.
d. Jamur atau cendawan
Jamur atau cendawan dapat tumbuh pada kebersihan kandang yang kurang terjaga, juga pada kelembaban kandang yang tinggi. Jamur atau cendawan juga mudah tumbuh pada bahan pakan yang disimpan pada tempat yang lembab. Jamur yang tercampur dalam bahan pakan tersebut menyebabkan penurunan laju pertambahan berat badan ayam.Penekanan laju pertumbuhan jamur/cendawan dapat dilakukan dengan melakukan penyemprotan formal dehida atau Kalium permanganat (KMnO4).(Annonim.2010)


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Media dan cara penyebaran cacing Ascariasis  pada unggas
                 Penyebarannya melalui kotoran ayam yang sakit atau alat-alat yang ada di sekitar unggas. Gejala yang terlihat pada unggas yang terinfeksi antara lain lesu, pucat, kurus dan diikuti dengan sayap yang menggantung serta kondisi yang berangsur-angsur menurun dan selanjutnya diikuti kematian akibat komplikasi.
Infeksi Ascariasis memiliki tingkat penyebaran lebih luas. Pada usus ayam buras rata-rata ditemukan 132,27 ekor cacing yang antara lain terdiri dari cacing Cestoda Raillietina spp. Cacing Raillietina spp tergolong dalam phylum Platyhelmintes, Class Cestoidea, Sub Class Cestoda, Ordo Cyclophyllidea, Famili Davaineidea, Genus Railietina dan Spesies Raillietina spp.
Penyebaran cacing Ascariasis pada ayam sangat dipengaruhi oleh adanya inang antara Telur cacing Ascariasis yang termakan oleh inang antara akan menetas di dalam saluran pencernaannya.Telur yang menetas berkembang menjadi onkosfir yaitu telur yang telah berkembang menjadi embrio banyak sel yang dilengkapi dengan 6 buah kait.
Onkosfir selanjutnya berkembang menjadi sistiserkoid dalam waktu 3 minggu setelah telur termakan oleh inang antara. Sistiserkoid tetep tinggal di dalam tubuh inang antara sampai dengan inang antara tersebut dimakan oleh inang definitif yaitu ayam. Setelah ayam memakan inang antara yang mengandung sistiserkoid, maka sistiserkoid terbebaskan oleh adanya aktivitas enzim pencernaan. Segera setelah sistiserkoid bebas, skoleksnya mengalami evaginasi dan melekatkan diri pada dinding usus. Segmen muda terbentuk di daerah leher dan akan berkembang menjadi segmen yang matang dalam waktu 3 minggu. Pada saat segmen atau strobila berproliferasi di dinding leher, dinding sistiserkoid akan mengalami degenerasi dan menghilang. Selanjutnya sistiserkoid berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus ayam dalam waktu 20 hari.

3.2 Pencegahan penyakit unggas yang disebabkan oleh Ascariasis
Gejala klinis akibat cacing Ascariasis pada ayam dipengaruhi antara lain oleh status pakan atau keadaan gizi ternak, jumlah infeksi dan umur ayam. Pada beberapa jenis infeksi, gejala umum pada ayam muda biasanya ditunjukkan oleh adanya penurunan bobot badan, hilangnya napsu makan, kekerdilan, diare dan anemia.
Penurunan produksi telur dan kesehatan secara umum juga merupakan gejala umum akibat infeksi cacing Ascariasis. Cacing Cestoda dalam jumlah besar akan banyak mengambil sari makann dari tubuh inangn sehingga tidak jarang menyebabkan hypoglicemia dan hypoproteinemia.
R. cesticillus menyebabkan degenerasi dan inflamasi villi selapit lendir usus di tempat menempel ujung kait rostellum dan dalam keadaan infeksi berat dapat menyebabkan kekerdilan. Cacing Cestoda ini paling umum didapati pada ayam dengan kerusakan berupa enteritis haemorrhagia. Cacing ini menyebabkan degenerasi dan peradangan pada vili-villi selaput lendir usus.
Raillietina echinobothrida menyebabkan diarre berlendir tahap dini. Raillietina echinobothrida dan Raillietina tetragona menyebabkan pembentukan nodul-nodul pada dinding saluran pencernaan. Diantara kedua jenis cacing Cestoda tersebut, yang paling banyak meninmbulkan kerusakan adalah Raillietina echinobothrida. Raiillietina tetragona dapat menyebabkan penurunan bobot badan dan produksi telur pada ras-ras ayam tertentu.
Pengendalian penyakit cacingan merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan hasil peternakan yang optimal. Cara yang dilakukan agar peternakan terhindar dari penyakit cacingan adalah dengan dilakukannya pencegahan yaitu:
1.       Pemberian obat cacing. Pengobatan akan sia-sia jika penyakit cacingan sudah parah. Sebaiknya dilakukan pengobatan secara rutin untuk memotong siklus hidup cacing. Seperti cacing nematoda dengan siklus hidup kurang lebih satu setengah bulan, maka diberikan pengobatan dua bulan sekali, begitu juga dengan cestoda. Pemberian obat cacing pada ayam layer sebaiknya diberikan pada umur 8 minggu dan diulang sebelum ayam naik ke kandang baterai. Sedangkan pada ayam broiler jarang diberikan anthelmintika karena masa hidupnya pendek.
2.       Melakukan sanitasi kandang dan peralatan peternakan meliputi kandang dibersihkan, dicuci dan disemprot dengan desinfektan serta memotong rumput disekitar area peternakan.
3.       Mengurangi kepadatan kandang, karena dapat memberi peluang yang tinggi bagi infestasi cacing.
4.       Pemberian ransum dengan kandungan mineral dan protein yang cukup untuk menjaga daya tahan tubuh tetap baik.
5.       Mencegah kandang becek, seperti menjaga litter tetap kering, tidak menggumpal dan tidak lembab.
6.       Peternakan dikelola dengan baik seperti mengatur jumlah ayam dalam kandang tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan dilakukan sistem “all in all out”.
7.       Menjauhkan unggas dengan inang perantaranya (lalat, kumbang, bekicot dan serangga) merupakan hal yang paling tepat. Memberantas insekta secara rutin merupakan cara yang paling murah untuk mengendalikan cacing pita pada unggas (di samping penyakit lainnya).

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan:
1.      Sanitasi kandang perlu diperhatikan agar penyebaran dan pencegahan penyakit cacingan dapat dioptimalkan.
2.      Inang-inang antara sebagai media penyebaran cacing seperti semut dari genus tetramorium dan Pheidole serta lalat Musca domestica dan juga kumbang harus dihindarkan keberadaannya di dalam kandang ternak.
3.      Pencegahan penyakit cacingan lebih dilakukan dengan pemberian obat cacing yaitu pada ayam layer sebaiknya diberikan pada umur 8 minggu dan diulang sebelum ayam naik ke kandang baterai. Sedangkan pada ayam broiler jarang diberikan anthelmintika karena masa hidupnya pendek.
4.      Mencegah kandang becek, seperti menjaga litter tetap kering, tidak menggumpal dan tidak lembab juga merupakan upaya pencegahan penyebaran cacing pita.

Saran:
1.      Dilakukan penyuluhan mengenai pentingya sanitasi kandang dalam upaya melakukan pencegahan penyebaran berbagai penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh cacing.














Daftar Pustaka

Ø  AKOSO, B.T. 1993. Manual Kesehatan Unggas bagi Petugas Teknis Penyuluh dan Peternak. Kanisius. Yogyakarta.
Ø  Beriajaya.dkk.2010.Masalah Arcasiasis pada ayam.Balai besar penelitian veteriner.Bogor
Ø  DEPARTEMEN PERTANIAN. 2004. Buku Saku Peternakan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. Departemen Pertanian.
Ø  DAHL, C., A. PERMIN, J.P. CHRISTENSEN, M. BISGAARD, A.P. MUHAIRWA, K.M.PETERSEN, J.S. POULSEN and A.L. JENSEN.2002. The Effect of Concurrent Infectionswith Pasteurella multocida and Ascaridia galli on Free Range Chickens. Vet. Microbiol. 86(4):313-324.
Ø  HORNING G., S. RASMUSSENN, A. PERMIN and M. BISGAARD. 2003. Investigation on the Influence of Helminth Parasites on Vaccination of Chickens Against Newcastle Disease Virus Under Village Conditions. Trop. Anim. Hlth. Prod. 35: 415-424.
Ø  IDI A., A. PERMIN and K.D. MURRELL. 2004. Host Age Only Partially Affects Resistance to Primary and Secondary Infections with Ascaridia galli (SCHRANK, 1788) in Chickens. Vet. Parasitol. 122(3): 221-231.