BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dewasa ini perkembangan unggas di
negara Indonesia sangat pesat, hal ini disebabkan peternakan unggas banyak menciptakan peluang bisnis yang sangat
menjanjikan, juga beternak unggas dapat dijangkau oleh masyarakat kalangan
menenggah kebawah. Namun banyak hambatan dan rintangan yang dihadapi dalam beternak unggas yaitu
jarga pakan yang terus naik terkadang tidak sebanding dengan hasil panennya,
harga vitamin dan obat-obatan yang harus merogok kantong dalam-dalam, juga
karena unggas mudah terserang penyakit.
Penyakit yang banyak mencerang
unggas adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing,dan sebagian besar unggas yang paling banyak diserang adalah ayam
petelur karena ayam peterlur memiliki
hidup yang lama dan cacing juga memerlukan waktu yang lama untuk siklus
hidupnya. Berbeda dengan ayam pedaging yang masa peliharaannya rata-rata satu
kali masa panen cuma 35 hari, sehingga untuk siklus hidup cacing juga sangat
pendek apalagi untuk menyerang dan menimbulkan penyakit
Unggas yang baik adalah unggas yang
dapat menghasilkan produksi yang
tinggi,dan untuk
menghasilkan produksi yang tinggi unggas
perlu diberi perlakuan yang baik dengan memberikan pakan sesuai dengan
kebutuhannya, dan dijaga kebersihan agar terhindar dari berbagai macam penyakit yang salah satunya adalah penyakit parasit yang di sebabkan oleh cacing,umumnya pencegahannya dapat dilakukan
dengan menjaga kebersihan kandang
dengan rutin melakukan sanitasi kandang . Untuk itu kami
membuat judul tentang pencegahan penyakit parasit pada unggas,karena penyakit
parasit ini banyak dijumpai dikalangan peternakan terutama peternakan unggas kelas menenggah ke bawah yang kurang
memperhatikan kebersihan kandangnya.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1 Bagaimana
peyebaran penyakit parasit yang
disebabkan oleh cacing Ascariasis?
1.2.2 Bagaimana pencegahan penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing Ascariasis ?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.3.1 Untuk
mengetahui media dan cara penyebaran penyakit parasit yang disebabkan
oleh cacing Ascariasis
1.3.2
Untuk mengetahui pencegahan penyakit yang di sebabkan
cacing Ascariasis pada unggas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cacing Ascariasis
Penyakit kecacingan disebut
juga helminthiasis akan menyebabkan kerugian secara ekonomis, karena
unggas penderita mengalami hambatan pertumbuhan, penurunan produksi telur,
berat telur tidak bisa mencapai maksimal dan awal waktu bertelur yang tidak
semestinya. Helminthiasis pada unggas disebabkan oleh cacing, yang secara umum
terdiri dari tiga klas, yaitu klas Nematoda, Trematoda dan Cestoda.
Penyakit helminthiasis akibat cacing Nematoda disebut Nnematodosis,
yang disebabkan Trematoda disebut Trematodosis dan yang
disebabkan oleh Cestoda disebut Cestodosis.(Rofik.2010)
Ascariasis adalah
penyakit cacing yang menyerang unggas dan disebabkan oleh Ascaridia galli. Cacing ini terdapat di usus dan duodenum hewan unggas. Pada
ternak ayam sering menyerang baik tipe pedaging maupun tipe petelur, sedangkan
pada ayam buras kemungkinan tertular lebih besar karena system pemeliharaan
yang bebas berkeliaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi cacing A.
Galli diantaranya
adalah umur, jenis ayam, dosis infeksi, tipe kandang, nutrisi, sistem
pemeliharaan dan cuaca.(Beriajaya.dkk.2010)
Infeksi Ascaridia disebabkan
oleh Ascaridia galli , Ascaridia dissimilis,
Ascaridia numidae, Ascaridia columbae dan Ascaridia bonase. Ascaridia
galliselain berparasit pada ayam juga pada kalkun, burung dara, itik dan
angsa. Ascaridia galli merupakan cacing yang sering ditemukan pada unggas dan
menimbulkan kerugian ekonomik yang tinggi karena menimbulkan kerusakan yang
parah selama bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva.
Migrasi terjadi dalam lapisan mukosa usus dan menyebabkan pendarahan, apabila
lesi yang ditimbulkan parah maka kinerja ayam akan turun drastic.(Permin,J.P.dkk.2002)
Ascaridia sp yang diketahui menyerang usus halus unggas.Cacing ini meyebabkan enteritis
terutama pada unggas muda. Unggas yang diserang antara lain : ayam, kalkun,
merpati, puyuh. Siklus hidup cacing ini bersifat langsung, meskipun bisa juga
melalui cacing tanah. Salah satu contoh spesies yang sering menyerang ayam
adalah Ascaridia galli. Anak ayam lebih peka terhadap cacing Ascaridia
galli daripada ayam dewasa.White Leghorn lebih peka daripada ayam ras yang
lain. Lewat umur tiga bulan ayam akan lebih tahan, hal ini berkaitan dengan
meningkatnya sel-sel goblet dalam usus. Cacing muda lebih banyak menimbulkan
kerusakan pada mukosa usus, karena larva cacing cenderung membenamkan diri pada
mukosa sehingga sering menyebabkan perdarahan dan enteritis. Gejala klinis yang
terjadi pada infeksi cacing A. galli tergantung pada tingkat infeksi.
Pada infeksi berat akan terjadi mencret berlendir, selaput lendir pucat,
pertumbuhan terhambat, kekurusan , kelemahan umum dan penurunan produksi
telur.(Rofik.2010)
Penyakit cacing oleh Ascaridia
galli menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi peternak. Cacing
dewasa hidup di saluran pencernaan, apabila dalam jumlah besar maka dapat
menyebabkan sumbatan dalam usus. Penjelasan selanjutnya menyebutkan bahwa
kerugian disebabkan oleh karena cacing menghisap sari makanan dalam usus ayam
yang ditumpangi sehingga ayam akan menderita kekurangan gisi.(Annonim.2004)
Ascaridi galli mempunyai ciri-ciri berwarna putih, bentuk bulat, tidak bersegmen dan
panjang 6 - 13 cm. Ascaridia galli umumnya yang jantan berukuran lebih
besar daripada betina. Pada cacing jantan diameter berukuran 30 - 80 mm,
sedangkan pada betina berdiameter 0,5 - 1,2 mm. Gambar .2, memperlihatkan
cacing Ascaridia galli.Siklus hidup Ascaridia galli pada ayam
berlangsung 35 hari. Telur cacing akan keluar lewat tinja ayam dan menjadi
infektif dalam waktu 5 hari pada suhu optimum, yaitu 32 - 340C. Sewaktu ayam
sedang makan, telur infektif tertelan yang kemudian menetas di lumen usus.
Larva cacing melewati usus pindah ke selaput lendir. Periode perpindahan terjadi
antara 10 - 17 hari dalam masa perkembangan.(Idi.A.dkk.2001)
Dalam waktu 35 hari cacing menjadi dewasa dan
mulai bertelur. Sesudah cacing menjadi dewasa akan meninggalkan selaput lendir
dan tinggal di dalam lumen usus. Ayam yang masih muda paling peka terhadap
kerusakan yang disebabkan oleh cacing ini. Apabila cacing genus Ascaris yang
ditemukan dalam usus halus terlalu banyak, ayam akan menjadi kurus. Hal ini
terjadi karena cacing yang memenuhi usus akan menghambat jalannnya makanan,
bahkan cacing mengeluarkan zat antienzim yang menyulitkan pencernaan
makanan.(Akoso,BT.1993)
2.2.Sanitasi Kandang
Sanitasi merupakan tindakan pengendalian penyakit
melalui kebersihan. Oleh karena itu untuk memperoleh
lingkungan yang bersih, higienis dan sehat tindakan sanitasi harus dilaksanakan dengan teratur. Memang
harus diakui bahwa rendahnya sanitasi sering menimbulkan peluang yang sangat
besar untuk berkembangnya suatu penyakit. Seringkali virus yang virulensinya
tinggi sejak DOC tiba. Keganasan seperti ini hanya bisa ditekan dengan tindakan
sanitasi dan pengelolaan yang baik.
Beberapa progam sanitasi yang dapat dilakukan secara
sederhana, dan dapat menjadi biosecurity farm bagi peternak secara mandiri.
a. Istirahat kandang
Langkah pencegahan penyakit adalah dengan mematikan siklus hidup penyakit. Artinya kemampuan hidup bibit penyakit akan terus berlangsung apabila mendapatkan induk semang. Istirahat kandang yang cukup berarti kemampuan serangan suatu bibit penyakit dapat berkurang atau bahkan hilang. Beberapa program sanitasi dan desinfeksi pada saat istirahat kandang antara lain : memotong rumput di sekitar kandang, mengapur lantai kandang, dan pemberian desinfektan.
b. Menjaga kebugaran tubuh
Pencegahan penyakit dimulai dari dalam tubuh ternak. Peningkatan ketahanan tubuh ternak dari kondisi stress dan menjaga kebugaran tubuh ternak agar ternak tidak mudah terserang penyakit dan menstabilkan produksi telur. Pemberian ramuan tradisional disamping mengurangi tingkat resistensi ternak terhadap obat, juga dapat menurunkan biaya operasinal pemeliharaan.
a. Istirahat kandang
Langkah pencegahan penyakit adalah dengan mematikan siklus hidup penyakit. Artinya kemampuan hidup bibit penyakit akan terus berlangsung apabila mendapatkan induk semang. Istirahat kandang yang cukup berarti kemampuan serangan suatu bibit penyakit dapat berkurang atau bahkan hilang. Beberapa program sanitasi dan desinfeksi pada saat istirahat kandang antara lain : memotong rumput di sekitar kandang, mengapur lantai kandang, dan pemberian desinfektan.
b. Menjaga kebugaran tubuh
Pencegahan penyakit dimulai dari dalam tubuh ternak. Peningkatan ketahanan tubuh ternak dari kondisi stress dan menjaga kebugaran tubuh ternak agar ternak tidak mudah terserang penyakit dan menstabilkan produksi telur. Pemberian ramuan tradisional disamping mengurangi tingkat resistensi ternak terhadap obat, juga dapat menurunkan biaya operasinal pemeliharaan.
c. Penggunaan desinfektan
Peyemprotan dengan menggunakan desinfekan dilakukan
secara periodik agar siklus hidup bibit penyakit dapat dihilangkan.
Penyemprotan dengan desinfektan dapat dilakukan 2 minggu atau sebulan sekali
dengan menggunakan
antiseptic atau soda abu.Sabun, soda abu 5 % sebagai pensuci hama kulit,
pensuci hama tangan dan wadah pakan dan air, menghilangkan kotoran dan agen
infeksi.Sedangkan alat-alat yang biasa digunakan untuk operasional kandang
dapat dicuci antiseptic/alcohol.
d. Jamur atau cendawan
d. Jamur atau cendawan
Jamur atau cendawan dapat tumbuh pada kebersihan
kandang yang kurang terjaga, juga pada kelembaban kandang yang tinggi. Jamur
atau cendawan juga mudah tumbuh pada bahan pakan yang disimpan pada tempat yang
lembab. Jamur yang tercampur dalam bahan pakan tersebut menyebabkan penurunan
laju pertambahan berat badan ayam.Penekanan laju pertumbuhan jamur/cendawan
dapat dilakukan dengan melakukan penyemprotan formal dehida atau Kalium
permanganat (KMnO4).(Annonim.2010)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Media dan cara penyebaran cacing Ascariasis pada unggas
Penyebarannya
melalui kotoran ayam yang sakit atau alat-alat yang ada di
sekitar unggas. Gejala yang terlihat pada unggas
yang terinfeksi antara lain lesu, pucat, kurus dan
diikuti dengan sayap yang menggantung serta kondisi yang berangsur-angsur
menurun dan selanjutnya diikuti kematian akibat komplikasi.
Infeksi Ascariasis memiliki
tingkat penyebaran lebih luas. Pada usus ayam buras rata-rata ditemukan 132,27
ekor cacing yang antara lain terdiri dari cacing Cestoda Raillietina spp.
Cacing Raillietina spp tergolong dalam phylum Platyhelmintes,
Class Cestoidea, Sub Class Cestoda, Ordo Cyclophyllidea,
Famili Davaineidea, Genus Railietina dan Spesies Raillietina spp.
Penyebaran cacing Ascariasis
pada ayam sangat dipengaruhi oleh adanya inang antara Telur cacing Ascariasis yang termakan oleh inang antara
akan menetas di dalam saluran pencernaannya.Telur yang menetas berkembang
menjadi onkosfir yaitu telur yang telah berkembang menjadi embrio banyak sel
yang dilengkapi dengan 6 buah kait.
Onkosfir selanjutnya berkembang
menjadi sistiserkoid dalam waktu 3 minggu setelah telur termakan oleh inang
antara. Sistiserkoid tetep tinggal di dalam tubuh inang antara sampai dengan
inang antara tersebut dimakan oleh inang definitif yaitu ayam. Setelah ayam
memakan inang antara yang mengandung sistiserkoid, maka sistiserkoid
terbebaskan oleh adanya aktivitas enzim pencernaan. Segera setelah sistiserkoid
bebas, skoleksnya mengalami evaginasi dan melekatkan diri pada dinding usus.
Segmen muda terbentuk di daerah leher dan akan berkembang menjadi segmen yang
matang dalam waktu 3 minggu. Pada saat segmen atau strobila berproliferasi di
dinding leher, dinding sistiserkoid akan mengalami degenerasi dan menghilang.
Selanjutnya sistiserkoid berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus ayam
dalam waktu 20 hari.
3.2 Pencegahan penyakit unggas yang disebabkan oleh Ascariasis
Gejala klinis akibat cacing Ascariasis pada ayam dipengaruhi antara lain oleh status pakan
atau keadaan gizi ternak, jumlah infeksi dan umur ayam. Pada beberapa jenis
infeksi, gejala umum pada ayam muda biasanya ditunjukkan oleh adanya penurunan
bobot badan, hilangnya napsu makan, kekerdilan, diare dan anemia.
Penurunan produksi telur dan
kesehatan secara umum juga merupakan gejala umum akibat infeksi cacing Ascariasis.
Cacing Cestoda dalam jumlah besar akan banyak mengambil sari makann dari tubuh
inangn sehingga tidak jarang menyebabkan hypoglicemia dan hypoproteinemia.
R. cesticillus menyebabkan
degenerasi dan inflamasi villi selapit lendir usus di tempat menempel ujung
kait rostellum dan dalam keadaan infeksi berat dapat menyebabkan kekerdilan.
Cacing Cestoda ini paling umum didapati pada ayam dengan kerusakan berupa
enteritis haemorrhagia. Cacing ini menyebabkan degenerasi dan peradangan pada
vili-villi selaput lendir usus.
Raillietina echinobothrida menyebabkan
diarre berlendir tahap dini. Raillietina echinobothrida dan Raillietina
tetragona menyebabkan pembentukan nodul-nodul pada dinding saluran
pencernaan. Diantara kedua jenis cacing Cestoda tersebut, yang paling banyak
meninmbulkan kerusakan adalah Raillietina echinobothrida. Raiillietina
tetragona dapat menyebabkan penurunan bobot badan dan produksi telur pada
ras-ras ayam tertentu.
Pengendalian penyakit cacingan
merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan hasil peternakan yang optimal.
Cara yang dilakukan agar peternakan terhindar dari penyakit cacingan adalah
dengan dilakukannya pencegahan yaitu:
1. Pemberian
obat cacing. Pengobatan akan sia-sia jika penyakit cacingan sudah parah.
Sebaiknya dilakukan pengobatan secara rutin untuk memotong siklus hidup cacing.
Seperti cacing nematoda dengan siklus hidup kurang lebih satu setengah bulan,
maka diberikan pengobatan dua bulan sekali, begitu juga dengan cestoda.
Pemberian obat cacing pada ayam layer sebaiknya diberikan pada umur 8 minggu
dan diulang sebelum ayam naik ke kandang baterai. Sedangkan pada ayam broiler
jarang diberikan anthelmintika karena masa hidupnya pendek.
2. Melakukan
sanitasi kandang dan peralatan peternakan meliputi kandang dibersihkan, dicuci
dan disemprot dengan desinfektan serta memotong rumput disekitar area
peternakan.
3. Mengurangi
kepadatan kandang, karena dapat memberi peluang yang tinggi bagi infestasi
cacing.
4. Pemberian
ransum dengan kandungan mineral dan protein yang cukup untuk menjaga daya tahan
tubuh tetap baik.
5. Mencegah
kandang becek, seperti menjaga litter tetap kering, tidak menggumpal dan tidak
lembab.
6. Peternakan
dikelola dengan baik seperti mengatur jumlah ayam dalam kandang tidak terlalu
padat, ventilasi kandang cukup dan dilakukan sistem “all in all out”.
7. Menjauhkan
unggas dengan inang perantaranya (lalat, kumbang, bekicot dan serangga)
merupakan hal yang paling tepat. Memberantas insekta secara rutin merupakan
cara yang paling murah untuk mengendalikan cacing pita pada unggas (di samping
penyakit lainnya).
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan:
1. Sanitasi
kandang perlu diperhatikan agar penyebaran dan pencegahan penyakit cacingan
dapat dioptimalkan.
2. Inang-inang
antara sebagai media penyebaran cacing seperti semut dari
genus tetramorium dan Pheidole serta lalat Musca domestica dan juga kumbang harus dihindarkan
keberadaannya di dalam kandang ternak.
3. Pencegahan penyakit cacingan lebih dilakukan dengan pemberian obat
cacing yaitu pada ayam layer sebaiknya diberikan pada umur 8 minggu dan diulang
sebelum ayam naik ke kandang baterai. Sedangkan pada ayam broiler jarang
diberikan anthelmintika karena masa hidupnya pendek.
4.
Mencegah kandang becek, seperti menjaga litter tetap
kering, tidak menggumpal dan tidak lembab juga merupakan upaya pencegahan
penyebaran cacing pita.
Saran:
1. Dilakukan
penyuluhan mengenai pentingya sanitasi kandang dalam upaya melakukan pencegahan
penyebaran berbagai penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh cacing.
Daftar
Pustaka
Ø AKOSO, B.T. 1993. Manual Kesehatan Unggas bagi Petugas Teknis Penyuluh dan
Peternak. Kanisius. Yogyakarta.
Ø Beriajaya.dkk.2010.Masalah Arcasiasis
pada ayam.Balai besar penelitian veteriner.Bogor
Ø DEPARTEMEN PERTANIAN. 2004. Buku Saku Peternakan. Direktorat Jenderal Bina
Produksi Peternakan. Departemen Pertanian.
Ø DAHL, C., A. PERMIN, J.P. CHRISTENSEN, M. BISGAARD, A.P. MUHAIRWA,
K.M.PETERSEN, J.S. POULSEN and A.L. JENSEN.2002. The Effect of Concurrent Infectionswith
Pasteurella multocida and Ascaridia galli on Free Range Chickens.
Vet. Microbiol. 86(4):313-324.
Ø HORNING G., S. RASMUSSENN, A. PERMIN and M. BISGAARD. 2003. Investigation
on the Influence of Helminth Parasites on Vaccination of Chickens Against
Newcastle Disease Virus Under Village Conditions. Trop. Anim. Hlth. Prod.
35: 415-424.
Ø IDI A., A. PERMIN and K.D. MURRELL. 2004. Host Age Only Partially Affects
Resistance to Primary and Secondary Infections with Ascaridia galli (SCHRANK,
1788) in Chickens. Vet. Parasitol. 122(3): 221-231.