KEBUTUHAN
NUTRISI UNTUK REPRODUKSI DAN LAKTASI
1.
KEBUTUHAN
ENERGI
Dalam
pengertian sederhana energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Energi
merupakan zat gizi yang banyak dibutuhkan ternak ruminansia setelah air.
Banyaknya energi yang terkandung di dalam pakan atau energi yang dibutuhkan ternak
ruminansia dapat dinyatakan dalam berbagai cara, seperti energi metabolis, martabat pati, atau total digestible
nutrient.
Total
digestible nutrient yang disingkat TDN adalah jumlah energi dari pakan maupun
ransum yang dapat dicerna. Semua pakan mengandung zat – zat makanan yang dapat
menjadi sumber energi, yakni protein, serat kasar, lemak dan bahan ekstrak
tanpa N (beta-N). Dari ketiga sumber energi (karbohidrat, lemak, protein),
sebagian besar energi yang dibutuhkan ternak ruminansia diperoleh dari
karbohidrat. Hal ini dapat dipahami, sebab penggunaan lemak dalam jumlah banyak
dapat menimbulkan efek negatif pada ternak. Sedangkan protein merupakan sumber
energi yang mahal dibandingkan karbohidrat dan lemak.
Penambahan
konsentrat pada sapi bertujuan untuk meningkatkan nilai pakan dan menambah
energi. Tingginya pemberian pakan berenergi menyebabkan peningkatan konsumsi
dan daya cerna dari rumput atau hijauan kualitas rendah. Selain itu penembehan
konsentrat tertentu dapat menghasilkan asam amino essensial yang dibutuhkan
oleh tubuh. Penambahan konsentrat tertentu dapat juga bertujuan agar zat
makanan dapat langsung diserap di usus tanpa terfermentasi di rumen, mengingat
fermentasi rumen membutuhkan energi lebih banyak.
Berdasarkan kandungan gizinya,
konsentrat dibagi dua golongan yaitu konsentrat sebagai sumber energi dan
sebagai sumber protein. Konsentrat sebagai sumber protein apabila kandungan
protein lebih dari 18%, Total Digestible Nutrision (TDN) 60%. Ada konsentrat
yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Berasal dari hewan mengandung protein
lebih dari 47%. Mineral Ca lebih dari 1% dan P lebih dari 1,5% serta kandungan
serat kasar dibawah 2,5%. Contohnya : tepung ikan, tepung susu, tepung daging,
tepung darah, tepung bulu dan tepung cacing. Berasal dari tumbuhan, kandungan
proteinnya dibawah 47%, mineral Ca dibawah 1% dan P dibawah 1,5% serat kasar
lebih dari 2,5%. Contohnya : tepung kedelai, tepung biji kapuk, tepung bunga
matahari, bungkil wijen, bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit
dll. Konsentrat sebagai sumber energi apabila kandungan protein dibawah 18%,
TDN 60% dan serat kasarnya lebih dari 10%. Contohnya : dedak, jagung, empok,
polar dll.
2. KEBUTUHAN PROTEIN
Sebenarnya
yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia dari protein adalah asam - asam amino.
Di dalam tubuh ternak ruminansia, protein ini ada yang bisa disintesa, namun
ada pula yang tidak bisa disintesa. Protein yang tidak bisa atau hanya sebagian
kecil saja yang bisa disintesa di dalam tubuh ternak ruminansia disebut asam
amino esensial. Sedangkan protein yang bisa disintesa di dala tubuh ternak
ruminansia disebut asam amino non-esensial.
Asam amino
yang dibutuhkan ternak ruminansia sebagian dipenuhi dari protein mikroba dan
sebagian lagi dari protein pakan / ransum yang lolos dari fermentasi di dalam
rumen (protein-by pass). Protein yang dibutuhkan ternak ruminansia yaitu dalam
bentuk protein kasar dan protein dapat dicerna. Protein kasar adalah jumlah
nitrogen (N) yang terdapat di dalam pakan / ransum dikalikan dengan 6,25 (N x
6,25). Sedangkan protein dapat dicerna adalah protein pakan / ransum yang
dicerna dan diserap dalam saluran – saluran pencernaan. Sumber protein bagi
ternak ruminansia adalah protein natural (protein pakan / ransum) dan non
protein nitrogen (NPN).
Salah satu
senyawa NPN yang telah umum dikenal adalah urea. Urea ini merupakan suatu
senyawa kimia yang mengandung nitrogen 40 – 45%. Urea dapat digunakan sebagai
salah satu sumber nitrogen bagi ternak ruminansia karena adanya mikroorganisme
di dalam rumennya. Namun, perlu ditegaskan bahwa penggunaan urea dalam ransum
ternak ruminansia tersebut adalah sebagai substitusi sebagian proten ransum
atau sebagai suplemen terhadap ransum yang berkualitas rendah. Penggunaan urea
dalam ransum ternak ruminansia mempunyai batas – batas tertentu agar tidak
terjadi keracunan. Sebaiknya, pemberian urea juga tidak dicampur dengan jerami
kacang kedelai, sebab jerami kacang kedelai mengandung enzim yang dapat
menyebabkan urea bersifat racun pada ternak ruminansia.
Ransum yang
tersusun atas hijauan clan konsentrat,terdiri dari satu atau beberapa jenis
hijauan clan satu atau beberapa jenis konsentrat.Suatu hal yang perlu
cliperhatikan dalam menyusun ransum sapi perah laktasi yang terdiri dad hijauan
clan konsentrat, adalah kualitas konsentrat yang ditentukan oleh kandungan
proteinnya. Hasil penelitian yang telah dilakukan (5) menunjukkan bahwa,apabila
hijauan yang diberikan berprotein rendah, maka konsentratnya haruslah yang
berprotein tinggi.Dengan demikian, untuk menetapkan persentase kandungan
protein konsentrat yang akan diberikan,perlu cliketahui lebih dahulu jenis clan
kualitas hijau- annya. Dalam hubungan ini, Diggins clan Bundy (3) menyarankan
sebagai berikut
Apabila
hijauan yang diberikan berupa "hay" atausilase leguminosa yang
berkualitas tinggi, maka persentase protein dapat dicerna (prdd) konsentrat
berkisar antara 9 - 10 % .
Sedangkan
apabila hijauan yang diberikan berupa leguminosa yang berkualitas sedang,
persentase prdd konsentrat itu adalah sekitar 13% . Apabila hijauan yang
diberikan setengahnya berupa leguminosa clan setengahnya lagi terdiri dari
silase batang jagung clan claunnya, maka persentase prdd konsentrat adalah
sekitar 15% .Dan apabila hijauan yang diberikan berkualitas rendah, persentase
prdd konsentrat itu berkisar antara 17-20% .
Dalam
penelitian pemberian rumput gajah pada sapi perah laktasi (2), diperoleh data
bahwa, untuk mencapai produksi susu yang lebih tinggi,clibutuhkan pemberian
konsentrat yang mengandung protein kasar sekitar 21-22% .Setelah mengetahui
kandungan protein konsentrat yang akan diberikan, barulah ditetapkan
perimbangan optimal antara hijauan dengan konsentrat dalam ransum tersebut .
Serviss dan Ahlgren mengemukakan bahwa, perimbangan antara hijauan dengan
konsentrat dalam ransum sapi perah adalah 73,8 : 26,2. Akan tetapi, dasar dari
perimbangan ini tidak dijelaskan lebih lanjut, apakah untuk peningkatan
kuantitas ataukah kualitas susu. Namun, hasil penelitian yang telah dilakukan
di Stasiun Penelitian California, mengenai pengaruh berbagai level perimbangan
antara hijauan dengan konsentratterha.dap kuantitas clan kualitas susu yang
diproduksi sapi perah laktasi menunjukkan bahwa, pemberian10% konsentrat dalam
ransum akan menurunkan produksi susu rata-rata, tetapi kadar lemak susu masih
berada dalam keadaan normal. Sedangkan apabila ransum itu terdiri dari 100%
konsentrat, produksi susu rata-rata meningkat,kandungan protein susu tak
berubah clan lemak susu menurun secara drastis (lihat Tabel 1) . Penurunan
kadar lemak susu ini terjadi oleh kurang terbentuknya asam asetat dalam rumen,
sebagai akibat dari pemberian konsen-trat yang terlalu banyak dalam ransum.
Tabel 1 memperlihatkan dengan jelas bahwa, untuk dapat mencapai produksi susu
yang tinggidengan tetap mempertahankan kandungan protein dan lemak susu dalam
batas-batas normal, perimbangan itu haruslah 60 : 40 (6) . Namun hendaknya dipahami
bahwa, angka perimbangan . itu belum merupakan suatu imbangan optimal yang
mutlak, karena perimbangan itu dapat bergeser ke kiri atau ke kanan, sesuai
dengan kualitas hijauan yang diberikan . Apabila hijauan yang diberikan
berkualitas tinggi, maka perimbangan tadi bergeser ke kiri, yaitu ke arah
pemberian hijauan yang lebih banyak .Sebaliknya, apabila hijauan yang diberikan
berkualitas rendah, maka perimbangan tadi bergeser ke kanan, yakni pemberian
konsentrat ditingkatkan, sedangkan pemberian hijauan diturunkan
Tabel 1 .
Pengaruh berbagai level perimbangan enters hay dengan konsentrat terhadap kuantitas
dan kualitas susu .
Produksi
rata-rata Imbangan hay
: konsentrat
90:10 60:40 30:70 0:100
Susu
Sebelum
penelitian
(kg) : 22,7 24,0
21,7 22,7
Selama
penelitian
(kg) : 14,3
18,4 16,1 17,6
Lemak susu 3,6 3,6 3,5 2,4
Protein susu
3,46
3,52 3,60
3,46
Sumber data : Ronning clan Laben (6) .
Dibandingkan
dengan konsentrat, nilai gizi hijauan pada umumnya lebih rendah. Pemberian
hijauan yang terlalu banyak, apalagi yang berkualitas rendah, akan
mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan zat-zat makanan untuk produksi susu yang
tinggi . Di dalam rumen, hijauan tadi akan lebih lama tertahan, sehingga waktu
fermentasinya pun akan lebih lama pula . Akibatnya, asam asetat yang sangat
diperlukan dalam pembentukan lemak susu cukup tersedia, sehingga lemak susu pun
akan meningkat, walaupun produksi susu yang tinggi tidak tercapai . Perlu
diketahui bahwa, lemak susu merupakan salah satu faktor penentu dalam menilai kualitas
produksi susu . Konsentrat tidak akan lama tertahan dalam rumen, sehingga waktu
fermentasinya pun lebih singkat dibandingkan dengan hijauan . Akibatnya, asam
asetat kurang tersedia dalam rumen, sehingga lemak susu akan mengalami
penurunan . Pemberian hijauan dalam bentuk pellet pada sapi perah laktasi pun
berakibat sama dengan pemberian konsentrat, yaitu singkatnya waktu fermentasi
dalam rumen, sehingga lemak susu akan menurun (4) .Berdasarkan uraian-uraian di
atas, dapatlah disusun suatu contoh ransum sapi perah laktasi dengan perimbangan
yang optimal antara hijauan dengan konsentrat.
Misalnya
seekor sapi perah laktasi yang mempunyei bobot badan 350 kg dengan produksi
susu rata-rata 15 kg/hari . Menurut standarl pemberian pakan, sapi perah
tersebut membutuhkan 1 .578 g protein kasar, yang terdiri dari 468 g untuk kebutuhan
hidup pokok den 1 .110 g untuk kebutuhan produksi susu dengan kadar lemak 3,5%
(1) . Hijauan yang akan diberikan adalah rumput gajah, dengan kandungan bahan
kering 21% clan zat-zat makanan lainnya : 10,19% protein kasar, 34,15% serat
kasar, 1,64% lemek, 42,29% beta-N, 11,73% abu clan TDN 61% dari bahan kering .
Pemberian rumput gajah tersebut diimbangi oleh konsentrat dengan kandungan protein
kasar 22% . Susunan konsentrat tersebut terdiri dari 56% dedak padi, 20%
bungkil kelapa, 8% jegung giling, 8% bungkil kacang tanah, 2% urea serta kapur,
tepung tulang clan garam dapur masing-masing 2% . Konsentrat tersebut
mengandung bahan kering 87,53% dengan energi 66,26% TDN .Menurut hasil
penelitian di atas (6), apabila hijauan yang diberikan adalah hey, meka
imbangan optimal itu adalah 60 : 40 . Kerena rumput gajah tergolong ke dalam
kelompok hijauan yang berkualitas rendah, maka perimbangan optimal hijauan dengan
konsentrat bergeser ke arah pemberian hijauan yang lebih sedikit, yakni 55 :
45. Hal ini berati bahwa, 55% deri seluruh kebutuhan protein dipenuhi oleh
pemberian rumput gajah dan 45% legi dipenuhi oleh konsentrat . Jumlah protein kasar yang akan dipenuhi oleh pemberian
rumput gajah adalah 55/100 x 1 .578 g = 868 g ; sedangkan jumlah protein kasar
yang dipenuhi oleh pemberian konsentrat adalah 45/100 x 1 .578 g = 710 g .
Dengan demikian, jumlah pemberian rumput gajah dalam ransum adalah 868 x
100/10,19 x 100/21 x 1 g = 40.563 g = 41 kg; sedangkan konsentrat adalah 710 x
100/22 x 100/87,53 x 1 g = 3 .687 g = 3,7 kg . Ini berarti bahwa, ransum sapi perah
tadi terdiri dari 41 kg rumput gajah clan 3,7 kg konsentrat. Setelah
mendapatkan komposisi ransum yang akan diberikan, selanjutnya perlu dicek,
apakah ransum tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan akan energi . Seperti
diketahui, sapi perah dengan bobot badan 350 kg, produksi susu rata-rata 15
kg/hari dengan kadar lemak susu 3,5% membutuhkan energi sebesar 7.375 g TDN,
yang terdiri dari 2 .800 g TDN untuk kebutuhan hidup pokok dan 4.575 g TDN untuk
kebutuhan produksi susu . Rumput gajah yang diberikan sebanyak 41 kg, mengandung
energi sebesar 41 x21/100x61/100 = 5 .252 g TDN; sedangkan 3,7 kg konsentrat,
mengandung energi sebesar 3,7 x 87,53/100 x 66,26/100 x 1 g TDN = 2.146 g TDN.
Jadi, jumlah keseluruhan energi yang terdapat dalam ransum tadi adalah 7 .398 g
TDN, yang apabila diamati, ternyata sudahmemenuhi kebutuhan energi yarig
dipersyaratkan tadi. Seandainya jumlah energi yang terdapat dalam ransum yang
disusun berdasarkan perimbangan optimal tadi belum memenuhi kebutuhan energi
yang dipersyaratkan, maka ke dalam konsentratnya dapat ditambahkan bahan-bahan
makanan yang mengandung energi tinggi dengan kandungan protein yang rendah.
Bahan makanan demikian umpamanya saja tepung gaplek, onggok ataupun molase .
Tabel
kebutuhan Zat zat gizi Untuk Hidup pokok dan produksi sapi perah
BERAT BADAN
|
UNTUK HIDUP POKOK
|
KADAR LEMAK SUSU
|
UNTUK PRODUKSI 1 KG SUSU
|
||||
PROTEIN (Gr)
|
ME
(M. Kal)
|
TDN (Kg)
|
LEMAK SUSU (%)
|
PROTEIN (Gr)
|
ME
(M.Kal)
|
TDN (Kg)
|
|
350
|
341
|
10,76
|
14
|
2,5
|
72
|
0,99
|
0,260
|
400
|
373
|
11,90
|
15
|
3,0
|
77
|
1,07
|
0,282
|
450
|
403
|
12,99
|
17
|
3,5
|
82
|
1,16
|
0,304
|
500
|
432
|
14,06
|
18
|
4,0
|
87
|
1,24
|
0,326
|
550
|
461
|
15,11
|
20
|
4,5
|
92
|
1,31
|
0,344
|
600
|
489
|
16,12
|
21
|
5,0
|
98
|
1,39
|
0,369
|
Perhitungan
Kebutuhan protein dan energi berdasarkan Berat badan sapi dan produksi susu
serta kandungan lemak susu berdasarkan tabel:
Misalnya
Bert badan sapi 350 Kg,produksi susu 10 liter dengan kandungan lemak 3% maka:
Kebutuhan protein : 341 + (10X77)
=1111 gram
Kebutuhan ME : 10,76 + (10X1,07) =21,46 M Kal
Kebutuhan TDN : 14 + (10 X 0,282) =18,82 Kg
Tabel : Kebutuhan Protein dan Energi pada Sapi perah
Berdasarkan BeratBadan, Produksi dan kandungan lemak susu Pembuatan ransum sapi
perah untuk memenuhi kebutuhan protein berdasarkan metode bujur sangkar latin.
Contoh :
Sapi dengan berat badan 350 Kg berproduksi 15l/hari dengan kadar lemak 3,5%.
Sapi diberi pakan hijauan rumput 20 Kg dan gamal 8 Kg, konsentrat kandungan
protein 16% yang terdiri bungkil kelapa dan dedak. Kandungan protein rumput
1,6% dengan BK 21% sedangkan gamal dengan kandungan protein 25,2% dan BK 13,1%.
Dedak mengandung protein 13% dengan BK 85,7%, bungkil kelapa mengandung protein
21,2% dan BK b7,9%. Berapa bungkil
kelapa dan dedak yang harus diberikan ?
Perhitungan
:
Berdasarkan
tabel maka kebutuhan protein untuk sapi tersbt =341+(15x82) = 1571 gram.
Protein dari
rumput = 20x21/100x9,6/100x1 kg = 0,0672 Kg
Gamal = 10x13,1/100x25,2/100x1 kg = 0,33
Kg
Kekurangan
protein dan gamal = 0,0673 kg + 0,33 kg =
0,397 Kg 397 Gr
Kekurangan
Protein = 1571 – 397
= 1174 Gram yang harus dipenuhi
oleh konsentrat. Dari 841 maka konsentrat (16%) yang diberikan semisal Y gram
maka = 16/100Y= 1174 jadi Y= 1174 00/16 = 7337,5 gram.
Protein dari
dedak padi = 85,7/100x13 = 11,1%.
Protein dari
Bungkil Kelapa = 87,9/100x21,2 = 18,6%.
3. KEBUTUHAN MINERAL, VITAMIN, DAN FEED
ADDITIVE
·
Mineral
Banyak
proses – proses di dalam tubuh ternak hanya dapat berjalan dengan sempurna
berkat adanya mineral. Diantara mineral – mineral yang terpenting adalah Na,
Cl, K, Fe, Cu, Mg, Ca dan P. Pada umumnya Na dan Cl diberikan dalam bentuk
garam dapur. Di samping unsur Na dan Cl, di dalam ransum sapi perah dan kambing
perah yang sedang berproduksi susu perlu diperhatikan pula kecukupan unsur Ca,
P dan Mg. Unsur – unsur lainnya dianggap telah mencukupi dalam ransum yang
diberikan dan tidak perlu ditambahkan, kecuali bila terjadi gejala defisiensi.
Pemberian Na
dan Cl dalam bentuk garam dapur untuk kambing, domba, maupun sapi dalam masa
pertumbuhan cukup sekitar 1% dari jumlah konsentrat yang diberikan. Mineral
lainnya yang perlu diperhatikan di dalam ransum kambing dan domba adalah Ca, P
dan Mg.
·
Vitamin
Walaupun
jumlah yang dibutuhkan relatif kecil, namun vitamin sering merupakan faktor
yang ikut menentukan dalam produksi ternak. Jenis vitamin yang sudah dikenal
antara lain vitamin A, vitamin B-kompleks, vitamin C, vitamin D, vitamin E dan
vitamin K. Vitamin B, K dan C tidak perlu diperhatikan maupun ditambahkan di
dalam ransum ternak ruminansia. Sebab, vitamin B dan K dapat dibentuk di dalam
rumen, sedangkan vitamin C dalam jaringan tubuh ternak ruminansia.
·
Feed
additive
Seperti kita
ketahui bahwa salah satu faktor yang berpengaruh pada produksi susu sapi adalah
lingkungan (suhu dan kelembaban udara). Ternak sapi memerlukan kondisi
lingkungan yang nyaman dengan suhu dan kelembaban yang optimum agar dapat memaksimalkan
produksi susunya.
Apabila
ternak berada diluar kondisi nyaman maka ternak tersebut dapat mengalami stres.
Di daerah tropis seperti Indonesia, stres banyak terjadi diakibatkan oleh panas
(heat stress). Mengingat suhu udara dan kelembaban harian di negara kita cukup
tinggi yaitu berkisar 24-34⁰C dan
60–90%. Sementara jenis sapi yang banyak dipelihara oleh peternak kita adalah
sapi jenis FH (Fries Holland) yang dalam pemeliharaannya memerlukan suhu ideal
18.3 ⁰C dan kelembaban 55% untuk performa maksimalnya.
Sapi yang
mengalami heat stress akan mengalami penurunan asupan pakan, peningkatan asupan
minum, peningkatan respirasi,serta mengeluarkan lebih banyak air liur, keringat
dan urin. Jika dibiarkan berlanjut dapat meningkatkan risiko terjadinya
asidosis (penurunan pH darah), penurunan asupan bahan kering (Dry Matter
Intake/DMI) sehingga dapat mengakibatkan penurunan produksi susu, gangguan
reproduksi dan kesehatan.
Hal-hal yang
dapat dilakukan untuk menanggulangi heat stress pada ternak sapi diantaranya:
a.
Penempatan ternak pada kandang yang teduh dan
dilengkapi dengan kipas.
b.
Pemberian air minum yang bersih, segar,dan
dingin, hal ini dilakukan karena kebutuhan air minum pada saat heat stress akan
berlipat ganda dibandingkan keadaan normalnya.
c.
Mempertahankan konsumsi pakan dengan
cara meningkatkan kualitas nilai nutrisi, memberikan pakan yang segar dan
bersih, serta meningkatkan jumlah pemberian pakan pada saat kondisi udara
dingin.
d.
Pemberian suplemen mineral natrium
dan kalium untuk mengganti mineral yang hilang akibat respirasi pengeluaran keringat
dan atau urin yang berlebih.
e.
Mengurangi asupan serat sehingga
rumen dapat berfungsi dengan baik.
f.
Pemberian pakan yang mengandung
energi tinggi.
g.
Pemberian feed additive yang tepat
agar dapat memodifikasi fungsi rumen dan menstabilkan pH rumen dengan baik,sehingga
kesehatan rumen terjaga yang akhirnya dapat mencegah terjadinya asidosis.
Terkait feed
additive, Alltech memiliki feed additive yang tepat untuk digunakan yaitu
Yea-Sacc1026. Produk Yea-Sacc1026 merupakan kultur yeast hidup jenis
Saccharomyces cerevisiae strain 1026 yang terbukti dapat meningkatkan DMI,
memelihara performa,dan menstabilkan pH rumen selama heat stress.
Termasuk
juga dapat membantu menurunkan fluktuasi pH rumen dengan cara menstimulasi
bakteri yang mengubah asam laktat menjadi asam propionate. Yea-Sacc1026 ini
sangat dikenal sebagai rumen modifier yaitu produk yang dapat dijadikan solusi
untuk menanggulangi asidosis pada sapi perah terutama yang disebabkan oleh heat
stress.
Berdasarkan
data ilmiah diketahui bahwa bahwa pemberian Yea-Sacc1026 pada sapi perah yang
mengalami heat stress dapat meningkatkan DMI sebanyak 0.8 kg/ekor/hari,
produksi susu sebanyak 2.4 kg/ekor/hari, protein sebanyak 0.06 kg/ekor/hari,dan
efisiensi pakan 3.8%.
Sumber:
Hy Arra...
BalasHapusSalam Kenal Aja
http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/
BalasHapusMA KASIH
BalasHapusmbak kurang lengkap..
BalasHapustrimakasih atas infonya salken
BalasHapuskunjungi juga blog seputas peternakan
https://jahtera-awesome.blogspot.com
Halo, saya Helena Julio dari Ekuador, saya ingin berbicara tentang Layanan Pendanaan Le_Meridian tentang topik ini.Le_Meridian Layanan Pendanaan memberi saya dukungan keuangan ketika semua bank di kota saya menolak permintaan saya untuk memberi saya pinjaman 500.000,00 USD, saya mencoba semua yang saya bisa untuk mendapatkan pinjaman dari bank-bank saya di sini di Ekuador tetapi mereka semua menolak saya karena kredit saya rendah tetapi dengan rahmat Tuhan saya jadi tahu tentang Le_Meridian jadi saya memutuskan untuk mencoba mengajukan permohonan pinjaman. dengan insya Allah mereka memberi saya pinjaman 500.000,00 USD permintaan pinjaman yang ditolak bank-bank saya di sini di Ekuador, sungguh luar biasa melakukan bisnis dengan mereka dan bisnis saya berjalan dengan baik sekarang. Berikut adalah Email Investasi Pendanaan Le_Meridian / Kontak WhatsApp jika Anda ingin mengajukan pinjaman dari mereka.Email:lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.comWhatsApp Contact: 1-989-394-3740.
BalasHapus